selasa, 04 november 2014
mati? dead
kenapa akhir-akhir ini belajar gue kok semakin menurun ya....?
semakin hari semakin menurun..tidak tahu apa sebab dan musabab...
seperti tidak punya semangat untuk hidup..hah...untuk hidup..berarti mati donk...!
Ya allah..aq belum siap untuk mati...dosa-dosa q msih banyak..
Selasa, 04 November 2014
Rabu, 29 Oktober 2014
puasa asura
Keutamaan Puasa Asyura
Apa saja keutamaan puasa Asyura? Puasa Asyura ini dilakukan pada hari kesepuluh dari bulan Muharram dan lebih baik jika ditambahkan pada hari kesembilan.
Berikut beberapa keutamaan puasa Asyura yang semestinya kita tahu sehingga semangat melakukan puasa tersebut.
1- Puasa di bulan Muharram adalah sebaik-baik puasa.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa
pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah
shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163).Muharram disebut syahrullah yaitu bulan Allah, itu menunjukkan kemuliaan bulan tersebut. Ath Thibiy mengatakan bahwa yang dimaksud dengan puasa di syahrullah yaitu puasa Asyura. Sedangkan Al Qori mengatakan bahwa hadits di atas yang dimaksudkan adalah seluruh bulan Muharram. Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 2: 532. Imam Nawawi rahimahullah berkata bahwa bulan Muharram adalah bulan yang paling afdhol untuk berpuasa. Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 50.
Hadits di atas menunjukkan keutamaan puasa di bulan Muharram secara umum, termasuk di dalamnya adalah puasa Asyura.
2- Puasa Asyura menghapuskan dosa setahun yang lalu
Dari Abu Qotadah Al Anshoriy, berkata,
وَسُئِلَ
عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
وَالْبَاقِيَةَ ». قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ «
يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan
puasa Arafah? Beliau menjawab, ”Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun
yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai
keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan
menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162).Kata Imam Nawawi rahimahullah, yang dimaksudkan pengampunan dosa di sini adalah dosa kecil sebagaimana beliau penerangkan masalah pengampunan dosa ini dalam pembahasan wudhu. Namun diharapkan dosa besar pun bisa diperingan dengan amalan tersebut. Jika tidak, amalan tersebut bisa meninggikan derajat seseorang. Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 46.
Adapun Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berpendapat secara mutlak setiap dosa bisa terhapus dengan amalan seperti puasa Asyura. Lihat Majmu’ Al Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 7: 487-501
3- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam punya keinginan berpuasa pada hari kesembilan (tasu’ah)
Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan puasa hari ’Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى.
“Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani.” Lantas beliau mengatakan,
فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ
“Apabila tiba tahun depan –insya Allah (jika Allah menghendaki)- kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan,
فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.
“Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sudah keburu meninggal dunia.” (HR. Muslim no. 1134)Kenapa sebaiknya menambahkan dengan hari kesembilan untuk berpuasa? Kata Imam Nawawi rahimahullah, para ulama berkata bahwa maksudnya adalah untuk menyelisihi orang Yahudi yang cuma berpuasa tanggal 10 Muharram saja. Itulah yang ditunjukkan dalam hadits di atas. Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 14.
Tahun ini (1436 H), tanggal 9 dan 10 Muharram jatuh pada hari Ahad dan Senin (2 dan 3 November 2014). Semoga kita bisa menjalaninya dan jangan lupa sampaikan pada istri, anak, kerabat dan rekan-rekan muslim lainnya.
Hanya Allah yang memberi taufik untuk beramal shalih.
Referensi:Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, terbitan Dar Ibnu Hazm, cetakan pertama, tahun 1433 H.
Majmu’ Al Fatawa, Abul ‘Abbas Ahmad bin Abdul Halim (Ibnu Taimiyah), terbitan Darul Wafa dan Dar Ibni Hazm, cetakan keempat, tahun 1432 H.
Tuhfatul Ahwadzi bi Syarh Jaami’ At Tirmidzi, Al Hafizh Abu ‘Ulaa Muhammad ‘Abdurrahman bin ‘Abdurrahim Al Mubarakfuri, terbitan Darus Salam, cetakan pertama, tahun 1432 H.
Selasa, 28 Oktober 2014
biografi Syeikh IBNU ATHA'ILLAH AS-SAKANDARI
Pada kesempatan ini, saya akan share biografi seorang Ulama terkenal yakni SYEIKH IBNU ATHA'ILLAH AS-SAKANDARI.
Awalnya saya mendengar nama beliau adalah karna banyaknya kitab-kitab
ulama yang menyertakan petikan-petikan mutiara hikmah yang pernah
disampaikan oleh SYEIKH IBNU ATHA'ILLAH AS-SAKANDARI, dan
temen-temen yang sering mengutip nasihat nasihat beliau. Setelah semakin
penasaran, saya akhirnya mencari referensi tentang Beliau, dan
alhamdulillah dapatlah saya membaca kitab yang sangat terkenal karangan
beliau yakni Al-Hikam. Berikut adalah biografi SYEIKH IBNU ATHA'ILLAH
AS-SAKANDARI.
Sebelumnya saya pernah share beberapa nasihat dan petuah dari SYEIKH IBNU ATHA'ILLAH AS-SAKANDARI di blog POJOK MOTIVASI ini, diataranya adalah NASIHAT IBNU ATHA'ILLAH TENTANG TOBAT dan RAHMAT dan ADAB BERDOA
Syeikh Ibn ‘Atha’illah as-Sakandari (w. 1309 M) hidup di Mesir di masa kekuasaan Dinasti Mameluk. Ia lahir di kota Alexandria (Iskandariyah), lalu pindah ke Kairo. Julukan Al-Iskandari atau As-Sakandari merujuk kota kelahirannya itu. Di kota inilah ia menghabiskan hidupnya dengan mengajar fikih mazhab Imam Maliki di berbagai lembaga intelektual, antara lain Masjid Al-Azhar. Di waktu yang sama dia juga dikenal luas dibidang tasawuf sebagai seorang “master” (syeikh) besar ketiga di lingkungan tarekat sufi Syadziliyah ini.
Sejak kecil, Ibnu Atha’illah dikenal gemar belajar. Ia menimba ilmu dari beberapa syekh secara bertahap. Gurunya yang paling dekat adalah Abu Al-Abbas Ahmad ibnu Ali Al-Anshari Al-Mursi, murid dari Abu Al-Hasan Al-Syadzili, pendiri tarikat Al-Syadzili. Dalam bidang fiqih ia menganut dan menguasai Mazhab Maliki, sedangkan di bidang tasawuf ia termasuk pengikut sekaligus tokoh tarikat Al-Syadzili.
tergolong ulama yang produktif. Tak kurang dari 20 karya yang pernah dihasilkannya. Meliputi bidang tasawuf, tafsir, aqidah, hadits, nahwu, dan ushul fiqh. Dari beberapa karyanya itu yang paling terkenal adalah kitab al-Hikam. Buku ini disebut-sebut sebagai magnum opusnya. Kitab itu sudah beberapa kali disyarah. Antara lain oleh Muhammad bin Ibrahim ibn Ibad ar Rundi, Syaikh Ahmad Zarruq, dan Ahmad ibn Ajiba.
Beberapa kitab lainnya yang ditulis adalah Al-Tanwir fi Isqath al-Tadbir, ‘Unwan at-Taufiq fi’dab al-Thariq, miftah al-Falah dan al-Qaul al-Mujarrad fil al-Ism al-Mufrad. Yang terakhir ini merupakan tanggapan terhadap Syaikhul Islam ibn Taimiyyah mengenai persoalan tauhid. Kedua ulama besar itu memang hidup dalam satu zaman, dan kabarnya beberapa kali terlibat dalam dialog yang berkualitas tinggi dan sangat santun. Ibn Taimiyyah adalah sosok ulama yang tidak menyukai praktek sufisme. Sementara ibn ‘Athaillah dan para pengikutnya melihat tidak semua jalan sufisme itu salah. Karena mereka juga ketat dalam urusan syari’at.
Ibn ‘Athaillah dikenal sebagai sosok yang dikagumi dan bersih. Ia menjadi panutan bagi banyak orang yang meniti jalan menuju Tuhan. Menjadi teladan bagi orang-orang yang ikhlas, dan imam bagi para juru nasihat.
Ia dikenal sebagai master atau syaikh ketiga dalam lingkungan tarikat Syadzili setelah yang pendirinya Abu al Hasan Asy Syadzili dan penerusnya, Abu Al Abbas Al Mursi. Dan Ibn ‘Athillah inilah yang pertama menghimpun ajaran-ajaran, pesan-pesan, doa dan biografi keduanya, sehingga khazanah tarikat syadziliah tetap terpelihara.
Meski ia tokoh kunci di sebuah tarikat, bukan berarti aktifitas dan pengaruh intelektualismenya hanya terbatas di tarekat saja. Buku-buku ibn Athaillah dibaca luas oleh kaum muslimin dari berbagai kelompok, bersifat lintas mazhab dan tarikat, terutama kitab Al Hikam yang melegenda ini.
Pengarang kitab al-Hikam yang cukup populer di negeri kita ini adalah Tajuddin, Abu al-Fadl, Ahmad bin Muhammad bin Abd al-Karim bin Atho’ al-Sakandari al-Judzami al-Maliki al-Syadzili. Ia berasal dari bangsa Arab. Nenek moyangnya berasal dari Judzam yaitu salah satu Kabilah Kahlan yang berujung pada Bani Ya’rib bin Qohton, bangsa Arab yang terkenal dengan Arab al-Aa’ribah. Kota Iskandariah merupakan kota kelahiran sufi besar ini. Suatu tempat di mana keluarganya tinggal dan kakeknya mengajar. Kendatipun namanya hingga kini demikian harum, namun kapan sufi agung ini dilahirkan tidak ada catatan yang tegas. Dengan menelisik jalan hidupnya DR. Taftazani bisa menengarai bahwa ia dilahirkan sekitar tahun 658 sampai 679 H.
Ayahnya termasuk semasa dengan Syaikh Abu al-Hasan al-Syadili -pendiri Thariqah al-Syadziliyyah-sebagaimana diceritakan Ibnu Atho’ dalam kitabnya “Lathoiful Minan “ : “Ayahku bercerita kepadaku, suatu ketika aku menghadap Syaikh Abu al-Hasan al-Syadzili, lalu aku mendengar beliau mengatakan: “Demi Allah… kalian telah menanyai aku tentang suatu masalah yang tidak aku ketahui jawabannya, lalu aku temukan jawabannya tertulis pada pena, tikar dan dinding”.
Keluarga Ibnu Atho’ adalah keluarga yang terdidik dalam lingkungan agama, kakek dari jalur nasab ayahnya adalah seorang ulama fiqih pada masanya. Tajuddin remaja sudah belajar pada ulama tingkat tinggi di Iskandariah seperti al-Faqih Nasiruddin al-Mimbar al-Judzami. Kota Iskandariah pada masa Ibnu Atho’ memang salah satu kota ilmu di semenanjung Mesir, karena Iskandariah banyak dihiasi oleh banyak ulama dalam bidang fiqih, hadits, usul, dan ilmu-ilmu bahasa Arab, tentu saja juga memuat banyak tokoh-tokoh tasawwuf dan para Auliya’ Sholihin
Oleh karena itu tidak mengherankan bila Ibnu Atho’illah tumbuh sebagai seorang faqih, sebagaimana harapan dari kakeknya. Namun kefaqihannya terus berlanjt sampai pada tingkatan tasawuf. Hal mana membuat kakeknya secara terang-terangan tidak menyukainya.
Ibnu Atho’ menceritakan dalam kitabnya “Lathoiful minan” : “Bahwa kakeknya adalah seorang yang tidak setuju dengan tasawwuf, tapi mereka sabar akan serangan dari kakeknya. Di sinilah guru Ibnu Atho’ yaitu Abul Abbas al-Mursy mengatakan: “Kalau anak dari seorang alim fiqih Iskandariah (Ibnu Atho’illah) datang ke sini, tolong beritahu aku”,
... dan ketika aku datang, al-Mursi mengatakan: “Malaikat jibril telah datang kepada Nabi bersama dengan malaikat penjaga gunung ketika orang quraisy tidak percaya pada Nabi. Malaikat penjaga gunung lalu menyalami Nabi dan mengatakan: ” Wahai Muhammad.. kalau engkau mau, maka aku akan timpakan dua gunung pada mereka”. Dengan bijak Nabi mengatakan : ” Tidak… aku mengharap agar kelak akan keluar orang-orang yang bertauhid dan tidak musyrik dari mereka”. Begitu juga, kita harus sabar akan sikap kakek yang alim fiqih (kakek Ibnu Atho’illah) demi orang yang alim fiqih ini”.
Pada akhirnya Ibn Atho’ memang lebih terkenal sebagai seorang sufi besar. Namun menarik juga perjalanan hidupnya, dari didikan yang murni fiqh sampai bisa memadukan fiqh dan tasawuf. Oleh karena itu buku-buku biografi menyebutkan riwayat hidup Atho’illah menjadi tiga masa:
Sebagai seoarang sufi yang alim Ibn Atho’ meninggalkan banyak karangan sebanyak 22 kitab lebih. Mulai dari sastra, tasawuf, fiqh, nahwu, mantiq, falsafah sampai khitobah.
Kitabnya yang paling masyhur sehingga telah menjadi terkenal di seluruh dunia Islam ialah kitabnya yang bernama Hikam, yang telah diberikan komentar oleh beberapa orang ulama di kemudian hari dan yang juga telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing lain, termasuklah bahasa Melayu dan bahasa Indonesia.
Beberapa kitab lainnya yang ditulis adalah Al-Tanwir fi Isqath Al-Tadbir, Unwan At-Taufiq fi’dab Al-Thariq, Miftah Al-Falah dan Al-Qaul Al-Mujarrad fil Al-Ism Al-Mufrad. Yang terakhir ini merupakan tanggapan terhadap Syekhul Islam ibnu Taimiyyah mengenai persoalan tauhid.
Kedua ulama besar itu memang hidup dalam satu zaman, dan kabarnya beberapa kali terlibat dalam dialog yang berkualitas tinggi dan sangat santun. Ibnu Taimiyyah adalah sosok ulama yang tidak menyukai praktek sufisme. Sementara Ibnu Atha'illah dan para pengikutnya melihat tidak semua jalan sufisme itu salah. Karena mereka juga ketat dalam urusan syari’at.
Ibnu Atha'illah dikenal sebagai sosok yang dikagumi dan bersih. Ia menjadi panutan bagi banyak orang yang meniti jalan menuju Tuhan. Menjadi teladan bagi orang-orang yang ikhlas, dan imam bagi para juru nasihat.
~Karomah Ibn Athoillah~
Al-Munawi dalam kitabnya “Al-Kawakib al-durriyyah mengatakan: “Syaikh Kamal Ibnu Humam ketika ziarah ke makam wali besar ini membaca Surat Hud sampai pada ayat yang artinya: “Diantara mereka ada yang celaka dan bahagia…”. Tiba-tiba terdengar suara dari dalam liang kubur Ibn Athoillah dengan keras: “Wahai Kamal… tidak ada diantara kita yang celaka”. Demi menyaksikan karomah agung seperti ini Ibnu Humam berwasiat supaya dimakamkan dekat dengan Ibnu Atho’illah ketika meninggal kelak.
Di antara karomah pengarang kitab al-Hikam adalah, suatu ketika salah satu murid beliau berangkat haji. Di sana si murid itu melihat Ibn Athoillah sedang thawaf. Dia juga melihat sang guru ada di belakang maqam Ibrahim, di Mas’aa dan Arafah. Ketika pulang, dia bertanya pada teman-temannya apakah sang guru pergi haji atau tidak. Si murid langsung terperanjat ketiak mendengar teman-temannya menjawab “Tidak".
Kurang puas dengan jawaban mereka, dia menghadap sang guru. Kemudian pembimbing spiritual ini bertanya : “Siapa saja yang kamu temui ?" lalu si murid menjawab : “Tuanku… saya melihat tuanku di sana “. Dengan tersenyum al-arif billah ini menerangkan : “Orang besar itu bisa memenuhi dunia. Seandainya saja Wali Qutb di panggil dari liang tanah, dia pasti menjawabnya".
~Wafat~
Tahun 709 H adalah tahun kemalangan dunia maya ini. Karena tahun tersebut wali besar SYEIKH IBNU ATHA'ILLAH AS-SAKANDARI yang tetap abadi nama dan kebaikannya ini harus beralih ke alam barzah, lebih mendekat pada Sang Pencipta. Namun demikian madrasah al-Mansuriyyah cukup beruntung karena di situlah jasad mulianya berpisah dengan sang nyawa. Ribuan pelayat dari Kairo dan sekitarnya mengiring kekasih Allah ini untuk dimakamkan di pemakaman al-Qorrofah al-Kubro.
DOWNLOAD TERJEMAHAN BUKU BELIAU YAITU ALHIKAM
Sebelumnya saya pernah share beberapa nasihat dan petuah dari SYEIKH IBNU ATHA'ILLAH AS-SAKANDARI di blog POJOK MOTIVASI ini, diataranya adalah NASIHAT IBNU ATHA'ILLAH TENTANG TOBAT dan RAHMAT dan ADAB BERDOA
Syeikh Ibn ‘Atha’illah as-Sakandari (w. 1309 M) hidup di Mesir di masa kekuasaan Dinasti Mameluk. Ia lahir di kota Alexandria (Iskandariyah), lalu pindah ke Kairo. Julukan Al-Iskandari atau As-Sakandari merujuk kota kelahirannya itu. Di kota inilah ia menghabiskan hidupnya dengan mengajar fikih mazhab Imam Maliki di berbagai lembaga intelektual, antara lain Masjid Al-Azhar. Di waktu yang sama dia juga dikenal luas dibidang tasawuf sebagai seorang “master” (syeikh) besar ketiga di lingkungan tarekat sufi Syadziliyah ini.
Sejak kecil, Ibnu Atha’illah dikenal gemar belajar. Ia menimba ilmu dari beberapa syekh secara bertahap. Gurunya yang paling dekat adalah Abu Al-Abbas Ahmad ibnu Ali Al-Anshari Al-Mursi, murid dari Abu Al-Hasan Al-Syadzili, pendiri tarikat Al-Syadzili. Dalam bidang fiqih ia menganut dan menguasai Mazhab Maliki, sedangkan di bidang tasawuf ia termasuk pengikut sekaligus tokoh tarikat Al-Syadzili.
tergolong ulama yang produktif. Tak kurang dari 20 karya yang pernah dihasilkannya. Meliputi bidang tasawuf, tafsir, aqidah, hadits, nahwu, dan ushul fiqh. Dari beberapa karyanya itu yang paling terkenal adalah kitab al-Hikam. Buku ini disebut-sebut sebagai magnum opusnya. Kitab itu sudah beberapa kali disyarah. Antara lain oleh Muhammad bin Ibrahim ibn Ibad ar Rundi, Syaikh Ahmad Zarruq, dan Ahmad ibn Ajiba.
Beberapa kitab lainnya yang ditulis adalah Al-Tanwir fi Isqath al-Tadbir, ‘Unwan at-Taufiq fi’dab al-Thariq, miftah al-Falah dan al-Qaul al-Mujarrad fil al-Ism al-Mufrad. Yang terakhir ini merupakan tanggapan terhadap Syaikhul Islam ibn Taimiyyah mengenai persoalan tauhid. Kedua ulama besar itu memang hidup dalam satu zaman, dan kabarnya beberapa kali terlibat dalam dialog yang berkualitas tinggi dan sangat santun. Ibn Taimiyyah adalah sosok ulama yang tidak menyukai praktek sufisme. Sementara ibn ‘Athaillah dan para pengikutnya melihat tidak semua jalan sufisme itu salah. Karena mereka juga ketat dalam urusan syari’at.
Ibn ‘Athaillah dikenal sebagai sosok yang dikagumi dan bersih. Ia menjadi panutan bagi banyak orang yang meniti jalan menuju Tuhan. Menjadi teladan bagi orang-orang yang ikhlas, dan imam bagi para juru nasihat.
Ia dikenal sebagai master atau syaikh ketiga dalam lingkungan tarikat Syadzili setelah yang pendirinya Abu al Hasan Asy Syadzili dan penerusnya, Abu Al Abbas Al Mursi. Dan Ibn ‘Athillah inilah yang pertama menghimpun ajaran-ajaran, pesan-pesan, doa dan biografi keduanya, sehingga khazanah tarikat syadziliah tetap terpelihara.
Meski ia tokoh kunci di sebuah tarikat, bukan berarti aktifitas dan pengaruh intelektualismenya hanya terbatas di tarekat saja. Buku-buku ibn Athaillah dibaca luas oleh kaum muslimin dari berbagai kelompok, bersifat lintas mazhab dan tarikat, terutama kitab Al Hikam yang melegenda ini.
Pengarang kitab al-Hikam yang cukup populer di negeri kita ini adalah Tajuddin, Abu al-Fadl, Ahmad bin Muhammad bin Abd al-Karim bin Atho’ al-Sakandari al-Judzami al-Maliki al-Syadzili. Ia berasal dari bangsa Arab. Nenek moyangnya berasal dari Judzam yaitu salah satu Kabilah Kahlan yang berujung pada Bani Ya’rib bin Qohton, bangsa Arab yang terkenal dengan Arab al-Aa’ribah. Kota Iskandariah merupakan kota kelahiran sufi besar ini. Suatu tempat di mana keluarganya tinggal dan kakeknya mengajar. Kendatipun namanya hingga kini demikian harum, namun kapan sufi agung ini dilahirkan tidak ada catatan yang tegas. Dengan menelisik jalan hidupnya DR. Taftazani bisa menengarai bahwa ia dilahirkan sekitar tahun 658 sampai 679 H.
Ayahnya termasuk semasa dengan Syaikh Abu al-Hasan al-Syadili -pendiri Thariqah al-Syadziliyyah-sebagaimana diceritakan Ibnu Atho’ dalam kitabnya “Lathoiful Minan “ : “Ayahku bercerita kepadaku, suatu ketika aku menghadap Syaikh Abu al-Hasan al-Syadzili, lalu aku mendengar beliau mengatakan: “Demi Allah… kalian telah menanyai aku tentang suatu masalah yang tidak aku ketahui jawabannya, lalu aku temukan jawabannya tertulis pada pena, tikar dan dinding”.
Keluarga Ibnu Atho’ adalah keluarga yang terdidik dalam lingkungan agama, kakek dari jalur nasab ayahnya adalah seorang ulama fiqih pada masanya. Tajuddin remaja sudah belajar pada ulama tingkat tinggi di Iskandariah seperti al-Faqih Nasiruddin al-Mimbar al-Judzami. Kota Iskandariah pada masa Ibnu Atho’ memang salah satu kota ilmu di semenanjung Mesir, karena Iskandariah banyak dihiasi oleh banyak ulama dalam bidang fiqih, hadits, usul, dan ilmu-ilmu bahasa Arab, tentu saja juga memuat banyak tokoh-tokoh tasawwuf dan para Auliya’ Sholihin
Oleh karena itu tidak mengherankan bila Ibnu Atho’illah tumbuh sebagai seorang faqih, sebagaimana harapan dari kakeknya. Namun kefaqihannya terus berlanjt sampai pada tingkatan tasawuf. Hal mana membuat kakeknya secara terang-terangan tidak menyukainya.
Ibnu Atho’ menceritakan dalam kitabnya “Lathoiful minan” : “Bahwa kakeknya adalah seorang yang tidak setuju dengan tasawwuf, tapi mereka sabar akan serangan dari kakeknya. Di sinilah guru Ibnu Atho’ yaitu Abul Abbas al-Mursy mengatakan: “Kalau anak dari seorang alim fiqih Iskandariah (Ibnu Atho’illah) datang ke sini, tolong beritahu aku”,
... dan ketika aku datang, al-Mursi mengatakan: “Malaikat jibril telah datang kepada Nabi bersama dengan malaikat penjaga gunung ketika orang quraisy tidak percaya pada Nabi. Malaikat penjaga gunung lalu menyalami Nabi dan mengatakan: ” Wahai Muhammad.. kalau engkau mau, maka aku akan timpakan dua gunung pada mereka”. Dengan bijak Nabi mengatakan : ” Tidak… aku mengharap agar kelak akan keluar orang-orang yang bertauhid dan tidak musyrik dari mereka”. Begitu juga, kita harus sabar akan sikap kakek yang alim fiqih (kakek Ibnu Atho’illah) demi orang yang alim fiqih ini”.
Pada akhirnya Ibn Atho’ memang lebih terkenal sebagai seorang sufi besar. Namun menarik juga perjalanan hidupnya, dari didikan yang murni fiqh sampai bisa memadukan fiqh dan tasawuf. Oleh karena itu buku-buku biografi menyebutkan riwayat hidup Atho’illah menjadi tiga masa:
- Masa pertama
Masa ini dimulai ketika ia tinggal di Iskandariah sebagai pencari ilmu agama seperti tafsir, hadits, fiqih, usul, nahwu dan lain-lain dari para alim ulama di Iskandariah. Pada periode itu beliau terpengaruh pemikiran-pemikiran kakeknya yang mengingkari para ahli tasawwuf karena kefanatikannya pada ilmu fiqih, dalam hal ini Ibnu Atho’illah bercerita: “Dulu aku adalah termasuk orang yang mengingkari Abu al-Abbas al-Mursi, yaitu sebelum aku menjadi murid beliau". Pendapat saya waktu itu bahwa yaang ada hanya ulama ahli dzahir, tapi mereka (ahli tasawwuf) mengklaim adanya hal-hal yang besar, sementara dzahir syariat menentangnya". - Masa kedua
Masa ini merupakan masa paling penting dalam kehidupan sang guru pemburu kejernihan hati ini. Masa ini dimulai semenjak ia bertemu dengan gurunya, Abu al-Abbas al-Mursi, tahun 674 H, dan berakhir dengan kepindahannya ke Kairo. Dalam masa ini sirnalah keingkarannya ulama’ tasawwuf. Ketika bertemu dengan al-Mursi, ia jatuh kagum dan simpati. Akhirnya ia mengambil Thariqah langsung dari gurunya ini. Ada cerita menarik mengapa ia beranjak memilih dunia tasawuf ini. Suatu ketika Ibn Atho’ mengalami goncangan batin, jiwanya tertekan. Dia bertanya-tanya dalam hatinya :
“"Aakah semestinya aku membenci tasawuf. Apakah suatu yang benar kalau aku tidak menyukai Abul Abbas al-Mursi ?. setelah lama aku merenung, mencerna akhirnya aku beranikan diriku untuk mendekatnya, melihat siapa al-Mursi sesungguhnya, apa yang ia ajarkan sejatinya. Kalau memang ia orang baik dan benar maka semuanya akan kelihatan. Kalau tidak demikian halnya biarlah ini menjadi jalan hidupku yang tidak bisa sejalan dengan tasawuf.
Lalu aku datang ke majlisnya. Aku mendengar, menyimak ceramahnya dengan tekun tentang masalah-masalah syara'. Tentang kewajiban, keutamaan dan sebagainya. Di sini jelas semua bahwa ternyat al-Mursi yang kelak menjadi guru sejatiku ini mengambil ilmu langsung dari Tuhan. Dan segala puji bagi Allah, Dia telah menghilangkan rasa bimbang yang ada dalam hatiku".
Maka demikianlah, ketika ia sudah mencicipi manisnya tasawuf hatinya semakin tertambat untuk masuk ke dalam dan lebih dalam lagi. Sampai-sampai ia punya dugaan tidak akan bisa menjadi seorang sufi sejati kecuali dengan masuk ke dunia itu secara total, menghabiskan seluruh waktunya untuk sang guru dan meningalkan aktivitas lain. Namun demikian ia tidak berani memutuskan keinginannya itu kecuali setelah mendapatkan izin dari sang guru al-Mursi.
Dalam hal ini Ibn Athoilah menceritakan :
"Aku menghadap guruku al-Mursi, dan dalam hatiku ada keinginan untuk meninggalkan ilmu dzahir. Belum sempat aku mengutarakan apa yang terbersit dalam hatiku ini tiba-tiba beliau mengatakan : "Di kota Qous aku mempunyai kawan namanya Ibnu Naasyi’.
Dulu dia adalah pengajar di Qous dan sebagai wakil penguasa. Dia merasakan sedikit manisnya tariqah kita. Kemudian ia menghadapku dan berkata : "Tuanku… apakah sebaiknya aku meninggalkan tugasku sekarang ini dan berkhidmat saja pada tuan?". Aku memandangnya sebentar kemudian aku katakan : "Tidak demikian itu tariqah kita. Tetaplah dengan kedudukan yang sudah di tentukan Allah padamu. Apa yang menjadi garis tanganmu akan sampai padamu juga". Setelah bercerita semacam itu yang sebetulnya adalah nasehat untuk diriku beliau berkata: "Beginilah keadaan orang-orang al-Siddiqiyyin. Mereka sama sekali tidak keluar dari suatu kedudukan yang sudah ditentukan Allah sampai Dia sendiri yang mengeluarkan mereka".
Mendengar uraian panjang lebar semacam itu aku tersadar dan tidak bisa mengucapkan sepatah katapun. Dan alhamdulillah Allah telah menghapus angan kebimbangan yang ada dalam hatiku, sepertinya aku baru saja melepas pakaianku. Aku pun rela tenang dengan kedudukan yang diberikan oleh Allah". - Masa ketiga
Masa ini dimulai semenjak kepindahan Ibn Atho’ dari Iskandariah ke Kairo. Dan berakhir dengan kepindahannya ke haribaan Yang Maha Asih pada tahun 709 H. Masa ini adalah masa kematangan dan kesempurnaan Ibnu Atho’illah dalam ilmu fiqih dan ilmu tasawwuf. Ia membedakan antara Uzlah dan kholwah. Uzlah menurutnya adalah pemutusan (hubungan) maknawi bukan hakiki, lahir dengan makhluk, yaitu dengan cara si Salik (orang yang uzlah) selalu mengontrol dirinya dan menjaganya dari perdaya dunia. Ketika seorang sufi sudah mantap dengan uzlah-nya dan nyaman dengan kesendiriannya ia memasuki tahapan khalwah. Dan khalwah dipahami dengan suatu cara menuju rahasia Tuhan, kholwah adalah perendahan diri dihadapan Allah dan pemutusan hubungan dengan selain Allah SWT.
Menurut Ibnu Atho’illah, ruangan yang bagus untuk ber-khalwah adalah yang tingginya, setinggi orang yang berkhalwat tersebut. Panjangnya sepanjang ia sujud. Luasnya seluas tempat duduknya. Ruangan itu tidak ada lubang untuk masuknya cahaya matahari, jauh dari keramaian, pintunya rapat, dan tidak ada dalam rumah yang banyak penghuninya. Ibnu Atho’illah sepeninggal gurunya Abu al-Abbas al-Mursi tahum 686 H, menjadi penggantinya dalam mengembangkan Tariqah Syadziliah. Tugas ini ia emban di samping tugas mengajar di kota Iskandariah. Maka ketika pindah ke Kairo, ia bertugas mengajar dan ceramah di Masjid al-Azhar.
Ibnu Hajar berkata:
"Ibnu Atho’illah berceramah di Azhar dengan tema yang menenangkan hati dan memadukan perkatan-perkatan orang kebanyakan dengan riwayat-riwayat dari salafus soleh, juga berbagai macam ilmu. Maka tidak heran kalau pengikutnya berjubel dan beliau menjadi simbol kebaikan".
Hal senada diucapkan oleh Ibnu Tagri Baradi :
"Ibnu Atho’illah adalah orang yang sholeh, berbicara di atas kursi Azhar, dan dihadiri oleh hadirin yang banyak sekali. Ceramahnya sangat mengena dalam hati. Dia mempunyai pengetahuan yang dalam akan perkataan ahli hakekat dan orang orang ahli tariqah".
Termasuk tempat mengajar beliau adalah Madrasah al-Mansuriah di Hay al-Shoghoh. Beliau mempunyai banyak anak didik yang menjadi seorang ahli fiqih dan tasawwuf, seperti Imam Taqiyyuddin al-Subki, ayah Tajuddin al-Subki, pengarang kitab "Tobaqoh al-syafi’iyyah al-Kubro".
Sebagai seoarang sufi yang alim Ibn Atho’ meninggalkan banyak karangan sebanyak 22 kitab lebih. Mulai dari sastra, tasawuf, fiqh, nahwu, mantiq, falsafah sampai khitobah.
Kitabnya yang paling masyhur sehingga telah menjadi terkenal di seluruh dunia Islam ialah kitabnya yang bernama Hikam, yang telah diberikan komentar oleh beberapa orang ulama di kemudian hari dan yang juga telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing lain, termasuklah bahasa Melayu dan bahasa Indonesia.
Beberapa kitab lainnya yang ditulis adalah Al-Tanwir fi Isqath Al-Tadbir, Unwan At-Taufiq fi’dab Al-Thariq, Miftah Al-Falah dan Al-Qaul Al-Mujarrad fil Al-Ism Al-Mufrad. Yang terakhir ini merupakan tanggapan terhadap Syekhul Islam ibnu Taimiyyah mengenai persoalan tauhid.
Kedua ulama besar itu memang hidup dalam satu zaman, dan kabarnya beberapa kali terlibat dalam dialog yang berkualitas tinggi dan sangat santun. Ibnu Taimiyyah adalah sosok ulama yang tidak menyukai praktek sufisme. Sementara Ibnu Atha'illah dan para pengikutnya melihat tidak semua jalan sufisme itu salah. Karena mereka juga ketat dalam urusan syari’at.
Ibnu Atha'illah dikenal sebagai sosok yang dikagumi dan bersih. Ia menjadi panutan bagi banyak orang yang meniti jalan menuju Tuhan. Menjadi teladan bagi orang-orang yang ikhlas, dan imam bagi para juru nasihat.
~Karomah Ibn Athoillah~
Al-Munawi dalam kitabnya “Al-Kawakib al-durriyyah mengatakan: “Syaikh Kamal Ibnu Humam ketika ziarah ke makam wali besar ini membaca Surat Hud sampai pada ayat yang artinya: “Diantara mereka ada yang celaka dan bahagia…”. Tiba-tiba terdengar suara dari dalam liang kubur Ibn Athoillah dengan keras: “Wahai Kamal… tidak ada diantara kita yang celaka”. Demi menyaksikan karomah agung seperti ini Ibnu Humam berwasiat supaya dimakamkan dekat dengan Ibnu Atho’illah ketika meninggal kelak.
Di antara karomah pengarang kitab al-Hikam adalah, suatu ketika salah satu murid beliau berangkat haji. Di sana si murid itu melihat Ibn Athoillah sedang thawaf. Dia juga melihat sang guru ada di belakang maqam Ibrahim, di Mas’aa dan Arafah. Ketika pulang, dia bertanya pada teman-temannya apakah sang guru pergi haji atau tidak. Si murid langsung terperanjat ketiak mendengar teman-temannya menjawab “Tidak".
Kurang puas dengan jawaban mereka, dia menghadap sang guru. Kemudian pembimbing spiritual ini bertanya : “Siapa saja yang kamu temui ?" lalu si murid menjawab : “Tuanku… saya melihat tuanku di sana “. Dengan tersenyum al-arif billah ini menerangkan : “Orang besar itu bisa memenuhi dunia. Seandainya saja Wali Qutb di panggil dari liang tanah, dia pasti menjawabnya".
~Wafat~
Tahun 709 H adalah tahun kemalangan dunia maya ini. Karena tahun tersebut wali besar SYEIKH IBNU ATHA'ILLAH AS-SAKANDARI yang tetap abadi nama dan kebaikannya ini harus beralih ke alam barzah, lebih mendekat pada Sang Pencipta. Namun demikian madrasah al-Mansuriyyah cukup beruntung karena di situlah jasad mulianya berpisah dengan sang nyawa. Ribuan pelayat dari Kairo dan sekitarnya mengiring kekasih Allah ini untuk dimakamkan di pemakaman al-Qorrofah al-Kubro.
DOWNLOAD TERJEMAHAN BUKU BELIAU YAITU ALHIKAM
Senin, 13 Oktober 2014
ceramah MZ mp3
asssalamu alaikum warahmatulllahi wabarakatuh.......
masih kenal dengan ustad yang satu ini....?
beliau telah di panggil oleh Allah Ta'ala beberapa tahun yang lalu. bagi para kaum muslimin yang ingin mendengarkan kembali ceramahnya, anda bisa mendownload disini.....
masih kenal dengan ustad yang satu ini....?
beliau telah di panggil oleh Allah Ta'ala beberapa tahun yang lalu. bagi para kaum muslimin yang ingin mendengarkan kembali ceramahnya, anda bisa mendownload disini.....
Selasa, 09 September 2014
kekompakan
kebersamaan itu memang indah....
kata siapa.?
siapa ya...
hehehe...
seperti yang di bawah ini ni...
maaf kalau kualitas videonya kurang bagus....karena ini ga direncanakan...alias mendadak...heheheh
kata siapa.?
siapa ya...
hehehe...
seperti yang di bawah ini ni...
Jumat, 05 September 2014
pendidikan bahasa arab iain sumatera utara
assalamu alaikum.....
kenal ga dengan orang2 yang ada di foto ini...?
ini adalah mahasiswa iain su medan....
sekarang dah semester 5
jurusan pendidikan bahasa arab....
kita perkenalkan atu-atu yaa.....
atas kanan ( fahmi les, rusli uluid, zeeni, leni rah, ayuk p, marwah, fitri, hayati, nisa, tamy, riska, indira, fahmi khairul, ali mukti {gue}, yeni sir.)
bawah kanan ( m.hasan, leni mar, jannah, maksura, hasanah, vivi, hidayah, amy, and the last..mukhlis {kosma sekarng } )
sampai sini dulu perkenalan hari ini...besok2 kita sambung lagi ok....
wassalam...
:)
:)
kenal ga dengan orang2 yang ada di foto ini...?
ini adalah mahasiswa iain su medan....
sekarang dah semester 5
jurusan pendidikan bahasa arab....
kita perkenalkan atu-atu yaa.....
atas kanan ( fahmi les, rusli uluid, zeeni, leni rah, ayuk p, marwah, fitri, hayati, nisa, tamy, riska, indira, fahmi khairul, ali mukti {gue}, yeni sir.)
bawah kanan ( m.hasan, leni mar, jannah, maksura, hasanah, vivi, hidayah, amy, and the last..mukhlis {kosma sekarng } )
sampai sini dulu perkenalan hari ini...besok2 kita sambung lagi ok....
wassalam...
:)
:)
Minggu, 25 Mei 2014
Selasa, 22 April 2014
pengertian assesment
Asesmen (Assessment)
Asesmen
atau pengukuran hasil belajar mahasiswa merupakan suatu kesatuan atau bagian
dari pembelajaran. Apalah artinya suatu proses pembelajaran apabila tidak
diukur hasil belajarannya. Kata asesmen (assessment) berasal dari Latin assidere,
yang berarti sit beside. Menurut Fenton (1996), Asesmen ialah
pengumpulan informasi yang relevan, yang dapat dipertanggungjawabkan dalam
rangka pengambilan keputusan. Sedangkan evaluasi ialah aplikasi suatu standar
dan sistem pengambilan keputusan terhadap data asesmen, untuk menghasilkan
keputusan (judgments) tentang besaran dan kelayakan pembelajaran yang telah
berlangsung.
Dalam konteks pendidikan, asesmen
meliputi kegiatan mengobservasi belajarnya mahasiswa, yaitu mendeskripsikan,
mengumpulkan, merekam, memberi markah (skor), dan menginterpretasi informasi
mengenai pembelajaran mahasiswa. Kegunaan utama asesmen sebagai bagian dari
proses belajar ialah refleksi (cerminan) pemahaman dan kemajuan mahasiswa
secara individual. Mengajar tanpa mengetahui apakah hasil mengajarnya itu telah
menjadikan mahasiswa itu belajar, belum dapat dikatakan sebagai “mengajar”.
Proses belajar mengajar memang
dilakukan dalam kelompok atau kelas, tetapi seyogianya seorang pengajar peduli
(concern) atas pemahaman dan kemajuan belajar setiap mahasiswa secara
individual. Kadang seorang dosen menganggap dirinya sudah mengajar dengan baik,
dan sudah puas apabila ada satu dua mahasiswa yang dapat memperoleh skor
tinggi, padahal lebih dari 80 % mahasiswanya memperoleh skor di bawah
rata-rata. Pada zaman dulu, dosen yang hanya meluluskan sedikit mahasiswa itu dinamakan
dosen “killer”, dan merupakan suatu kebanggaan bagi dosen bahwa mata kuliahnya
sukar untuk dilulusi. Dalam hal ini dosen menggunakan dirinya sendiri sebagai standar
untuk mengukur kemampuan belajar mahasiswa; mahasiswa yang tidak lulus dianggap
bodoh atau malas, karena kenyataannya ada juga mahasiswa yang memperoleh skor
tinggi.
Orientasi pembelajaran sudah
berubah sejak digunakannya Sistem Kredit Semester. Seorang dosen menerima
sekelompok mahasiswa dalam kelasnya yang terdiri atas individu-individu. Tugas
seorang dosen ialah mengajar sedemikian rupa agar masing-masing individu itu
berubah perilakunya dari belum atau tidak memahami, menjadi memahami materi
perkuliahannya. Jadi apabila masih banyak mahasiswa yang belum berubah
perilakunya, alias dapat diluluskan, maka dosen itu belum berhasil dalam
mengajar. Tidak ada mahasiswa yang “bodoh”, apalagi mereka yang telah melalui
penjaringan seleksi ketat agar dapat masuk perguruan tinggi. Dalam hal ini
dosen tersebut harus introspeksi diri sendiri, apakah ia sudah merencanakan
pembelajaran dengan baik (dengan merumuskan tujuan belajar); apakah ia telah
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana; apakah dosen memberi bimbingan bagi mahasiswa yang kurang cepat
belajar (menurut teori belajar, tidak ada manusia yang persis sama, ada yang
cepat ada yang agak lambat belajar), dan yang penting pula ialah apakah ia menggunakan
metode asesmen dan evaluasi hasil belajar yang sahih (valid) dan terpercaya
(reliable).
Rabu, 16 April 2014
optimisme
optimisme
Selasa, 15 April 2014
laporan penelitian remaja mesjid ubudiyah
Laporan
penelitian organisasi remaja mesjid ubudiyah jalan permai no. 100, medan
”manajemen organisasi”
OLEH :
Ø Ali mukti hasibuan
Ø Leni marlina
DOSEN
Dra. Retno
Sayekti, MLiS
FAKULTAS ILMU TARBIYAH
DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM negeri
SUMATERA UTARA
medan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecerdasan dan
ketaqwaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan sekarang.
Mahalnya biaya pendidikan dan kurangnya pengajaran ilmu agama secara formal
maka dibutuhkan alternatif lain dalam mendapatkan pengajaran serta pengarahan
yang dibutuhkan khususnya ilmu agama. Di zaman yang serba modern ini diperlukan
banyak cara untuk tetap dapat membimbing dan mendidik para remaja-remaji
islam. Oleh karena itu, diperlukan
sebuah wadah yang berbasis keorganisasian remaja islam. Begitu juga yang
dialami masyarakat jalan permai kec. Medan Perjuangan, Medan. Pembentukan
Remaja Mesjid Ubudiyah (RMU ) adalah salah satu alternatif untuk tetap
dapat membimbing dan mendidik
remaja-remaji yang ada di jalan permai sekaligus merealisasikan keinginan
bersatunya para remaja dalam sebuah
wadah yang mendidik dan juga mempererat ukhuwah islamiah antar remaja muslim.
Diharapkan
dengan adanya RMU ini terpupuklah rasa solidaritas yang positif dan kesadaran
remaja sebagai generasi muslim yang berkepribadian islam. Sebagai teladan untuk
generasi selanjutnya dan penerus para orang tuanya juga sebagai cermin
kepribadian suatu wilayah.
Pembentukan
RMU akan sulit direalisasikan tanpa adanya dukungan dari banyak pihak diantaranya
; kepala lurah, Nazir Mesjid, Tokoh Agama, orang tua remaja dan Masyarakat
lainnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang makalah diatas, maka
laporan ini akan membahas bebapa hal:
1. Bagaimana
Penjelasan Umum Tentang Organisasi?
2. Bagaimana
Latar Belakang Berdirinya Organisasi Remaja Mesjid Ubudiyah?
3. Apa Visi dan
Misi Organisasi Remaja Mesjid Ubudiyah?
4. Apa Tujuan dan
Sasaran Organisasi Remaja Mesjid Ubudiyah?
5. Bagaimana
Struktur dan Job Deskripsi Organisasi Remaja Mesjid Ubudiyah ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini yaitu:
1. Mengetahui
pemahaman tentang organisasi.
2. Mengetahui
Latar Belakang Berdirinya Organisasi Remaja Mesjid Ubudiyah?.
3. Mengetahui
Visi dan Misi Organisasi Remaja Mesjid Ubudiyah?
4. Mengetahui Tujuan
dan Sasaran Organisasi Remaja Mesjid Ubudiyah?
5. Mengetahui Struktur
dan Job Deskripsi Organisasi Remaja Mesjid Ubudiyah ?
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan laporan ini yaitu:
1. Guna menambah
wawasan mengenai organisasi remaja mesjid.
2. Dapat bermanfaat
sebagai perbandingan dengan organisasi remaja mesjid lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Penjelasan Umum
Mengenai Organisasi.
Organisasi ( yunani : organon – alat ) adalah suatu kelompok orang dalam
suatu wadah untuk tujuan bersama. Terdapat beberapa teori dan persfektif
mengenai organisasi, ada yang cocok satu sama lain, dan ada pula yang berbeda.
Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang
berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana,
terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang,
material, mesin, metode, lingkungan, sarana-prasarana, data dan lain sebagainya
yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut
para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut :
1. Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan
yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan
bersama.
2. James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap
perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
3. Chester I Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan sebuah system
aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
4. Stephen P. Robbins menyatakan bahwa organisasi adalah kesatuan social
yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relative dapat
diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relative terus menerus untuk
mencapai suatu tujuan bersama.
Sebuah
organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti
penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi
sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat.
Organisasi
yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh
masyarakat sekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti ; pengambilan
sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan
angka pengangguran. Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai
suatu keterkaitan tang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti
keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi
perubahan kontan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat menjadi
anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.
B. Latar Belakang
Berdirinya Organisasi Remaja Mesjid Ubudiyah
Kecerdasan
dan ketaqwaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan
sekarang. Mahalnya biaya pendidikan dan kurangnya pengajaran ilmu agama secara
formal maka dibutuhkan alternatif lain dalam mendapatkan pengajaran serta
pengarahan yang dibutuhkan khususnya ilmu agama. Di zaman yang serba modern ini
diperlukan banyak cara untuk tetap dapat membimbing dan mendidik para
remaja-remaji islam. Oleh karena itu,
diperlukan sebuah wadah yang berbasis keorganisasian remaja islam. Begitu juga
yang dialami masyarakat jalan permai kec. Medan Perjuangan, Medan. Pembentukan
Remaja Mesjid Ubudiyah (RMU ) adalah salah satu alternatif untuk tetap
dapat membimbing dan mendidik
remaja-remaji yang ada di jalan permai.
Diharapkan
dengan adanya RMU ini terpupuklah rasa solidaritas yang positif dan kesadaran
remaja sebagai generasi muslim yang berkepribadian islam. Sebagai teladan untuk
generasi selanjutnya dan penerus para orang tuanya juga sebagai cermin
kepribadian suatu wilayah.
Pembentukan RMU akan sulit
direalisasikan tanpa adanya dukungan dari banyak pihak diantaranya ; kepala
lurah, Nazir Mesjid, Tokoh Agama, orang tua remaja dan Masyarakat lainnya.
C.Visi dan Misi
Organisasi Remaja Mesjid Ubudiyah
VISI
“Membentuk generasi muda yang kreatif, intelektual, bersolidaritas
tinggi, berakhlak mulia dan bertakwa serta melahirkan pemimpin muda berbasis
masjid dalam bingkai persatuan ummat”.
MISI
1.
Berupaya dengan
keras mengembalikan fungsi masjid sebagai sentral kegiatan ummat.
2.
Membina remaja
untuk memahami ajaran Islam yang baik dan benar dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari - hari
3.
Memupuk dan
memelihara silaturahmi, ukhwah Islamiah dan kekeluargaan serta mewujudkan
kerja sama yang utuh dan jiwa pengabdian kepada masyarakat
4.
Pengadaan
kegiatan yang berorientasi pada pembinaan remaja yang memiliki nilai positif
5.
Melahirkan
kader-kader muda yang kreatif, mandiri serta berkarakter pemimpin berbasis
masjid.
6.
Kaderisasi
terencana guna meneruskan kelanjutan organisasi
7.
Mendidik para
anggota dalam tata cara berorganisasi.
D.Tujuan dan
Sasaran Organisasi Remaja Mesjid Ubudiyah
Adapun
tujuan dari dibentuknya Organisasi
Remaja Masjid ubudiyah ( RMU ) adalah untuk menghidupkan kegiatan-kegiatan
keIslaman di mesjid jalan permai. Tujuan ini berarti mengajak masyarakat
khususnya remaja-remaji secara bersama-sama aktif dalam organisasi RMU ini
dimana seluruh kegiatannya akan di pusatkan di satu masjid yang sudah ditetapkan.
Di samping itu organisasi RMU juga akan mencoba mengarahkan dengan arahan yang benar menurut syara melalui pembinaan yang kontinyu (rutin) bagi para anggotanya.
Di samping itu organisasi RMU juga akan mencoba mengarahkan dengan arahan yang benar menurut syara melalui pembinaan yang kontinyu (rutin) bagi para anggotanya.
Sedangkan sasaran dari dibentuknya organisasi ini adalah untuk membentuk generasi muda yang
kreatif, intelektual, bersolidaritas tinggi, berakhlak mulia dan bertakwa
serta melahirkan pemimpin muda berbasis masjid dalam bingkai persatuan ummat.
E.Struktur dan
Job Deskripsi Organisasi Remaja Mesjid Ubudiyah
A.Ketua
- Bertanggung
jawab secara keseluruhan terhadap aktifitas pengurus/anggota dan memegang
kebijakan umum baik ke dalam maupun keluar
-
Mengkoordinasi
tugas pengurus
-
Mengadakan
pembinaan dan pengawasan serta pengendalian terhadap kegiatan pengurus atau
anggota baik perorangan maupun bidang yang bernaung di RMU
-
Mengawasi
keuangan RMU
-
Memecahkan
Masalah yang ada di tubuh organisasi
B.Wakil Ketua
- Memegang
tanggung jawab jika ketua umum berhalangan hadir sesuai mandat yang diberikan
-
Membantu
kinerja ketua dalam melaksanakan program kerja yang telah ditentukan sebelumnya
C.Sekretaris
-
Memegang
tanggung jawab penuh tentang administrasi
-
Mengelola surat
keluar dan surat masuk
-
Berwenang
menerbitkan surat dengan kop asli RMU
D.Wakil
Sekretaris
-
Melaksanakan
tugas Sekretaris Umum jika berhalangan hadir
-
Mengelola Arsip
Persuratan
-
Memegang Buku
Notulen rapat
-
Mengelola
Absensi,mutasi surat masuk dan keluar
E.Bendahara
-
Bertanggung
jawab penuh atas keuangan organisasi
-
Menjalankan
Administrasi keuangan organisasi
-
Membuat laporan
keuangan
-
Menyimpan
bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran organisasi
Koordinator-koordinator
Bidang
1.Koordinator Informasi dan Komunikasi :
-
Mengkoordinasi
hubungan keluar
-
Menginformasikan
segalakegiatan kepada pengurus dan anggota
-
Membuat papan
informasi
-
Menjalin
kemitraan antar remaja masjid se Kota Sukabumi
-
Membuat laporan
2.Koordinator
dakwah
-
Membuat program
kerja yang berkaitan dengan da’wah
-
Menjadwalkan
materi da’wah sesuai kebutuhan
-
Mengkoordinir
pengajian rutin
-
Membuat laporan
pertanggungjawaban
3.Koordinator Olahraga dan Kesenian.
-
Membangkitkan
potensi seni dan olahraga pengurus ataupun anggota
-
Membuat
perlombaan seni dan olahraga
-
Membuat jadwal
olahraga rutin
-
Membuat laporan
kegiatan
-
Mengkoordinir
setiap acara yang berkaitan dengan seni dan olahraga
4.Koordinator Humas
- Mengadakan kegiatan bakti sosial.
- Mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan
kesosialan kepada masyarakat.
- Mengkoordinir anggota dalam menjenguk dan
membantu warga yang sakit atau meninggal dunia serta yang lagi
membutuhkan.
- Mengkoordinir anggota untuk membantu dan
menghadiri acara-acara di Masyarakat.
- Mengundang dan mengkoordinir anggota dalam
kegiatan rapat RMU.
- Bertugas dalam menyampaikan surat
undangan,proposal,bantuan dana serta informasi lainnya kepada masyarakat
berkaitan dengan
kegiatan RMU
kegiatan RMU
5.Koordinator keanggotaan
-
Mendata semua
anggota PRMA
-
Merekrut
anggota baru
-
Membuat kegiatan
yang memperkokoh silaturrahmi
-
Membuat jadwal
rapat anggota
-
Membuat laporan.
Susunan kepengurusan remaja mesjid
ubudiyah priode 2013/2015
Ketua : Abdul Khoiruddin
Ritonga
Wakil Ketua : 1.M. Zulfahmi siregar
2. Putra Duwi Nanda Hutasuhut
Sekretaris : Elisa Muchlisina Pane
Wakil
sekretaris : Masfufah Abidah
Pulungan
Bendahara :
Ayu Syahfitri
Koordinator-koordinator
Bidang
1.Koordinator Informasi dan Komunikasi : Khairul Annas
Anggota :
Ayu Syafrina Fahmi
Nia Viona
Ibnu Wira Halim
Ridwan Hasan
2.Koordinator dakwah: Ali Muddin Hasibuan
Anggota :
Ali Mukti Hasibuan
Fatimah
Qori Alfhmi
3.Koordinator Olahraga dan Kesenian : Irwansyah Putra
Anggota :
Maulana arrahman
Dodi Taher Pulungan
Wahyu Rifaldi
Oki Gunawan Harahap
Chairunnisa Daulay
4.Koordinator Humas : M. Andre Pane
anggota :
Malim Maulana Hutasuhut
Santi Ramadhona Hutasuhut
Faiz ferdi Husin Lubis
Siti Rohana
Langganan:
Postingan (Atom)