Asesmen (Assessment)
Asesmen
atau pengukuran hasil belajar mahasiswa merupakan suatu kesatuan atau bagian
dari pembelajaran. Apalah artinya suatu proses pembelajaran apabila tidak
diukur hasil belajarannya. Kata asesmen (assessment) berasal dari Latin assidere,
yang berarti sit beside. Menurut Fenton (1996), Asesmen ialah
pengumpulan informasi yang relevan, yang dapat dipertanggungjawabkan dalam
rangka pengambilan keputusan. Sedangkan evaluasi ialah aplikasi suatu standar
dan sistem pengambilan keputusan terhadap data asesmen, untuk menghasilkan
keputusan (judgments) tentang besaran dan kelayakan pembelajaran yang telah
berlangsung.
Dalam konteks pendidikan, asesmen
meliputi kegiatan mengobservasi belajarnya mahasiswa, yaitu mendeskripsikan,
mengumpulkan, merekam, memberi markah (skor), dan menginterpretasi informasi
mengenai pembelajaran mahasiswa. Kegunaan utama asesmen sebagai bagian dari
proses belajar ialah refleksi (cerminan) pemahaman dan kemajuan mahasiswa
secara individual. Mengajar tanpa mengetahui apakah hasil mengajarnya itu telah
menjadikan mahasiswa itu belajar, belum dapat dikatakan sebagai “mengajar”.
Proses belajar mengajar memang
dilakukan dalam kelompok atau kelas, tetapi seyogianya seorang pengajar peduli
(concern) atas pemahaman dan kemajuan belajar setiap mahasiswa secara
individual. Kadang seorang dosen menganggap dirinya sudah mengajar dengan baik,
dan sudah puas apabila ada satu dua mahasiswa yang dapat memperoleh skor
tinggi, padahal lebih dari 80 % mahasiswanya memperoleh skor di bawah
rata-rata. Pada zaman dulu, dosen yang hanya meluluskan sedikit mahasiswa itu dinamakan
dosen “killer”, dan merupakan suatu kebanggaan bagi dosen bahwa mata kuliahnya
sukar untuk dilulusi. Dalam hal ini dosen menggunakan dirinya sendiri sebagai standar
untuk mengukur kemampuan belajar mahasiswa; mahasiswa yang tidak lulus dianggap
bodoh atau malas, karena kenyataannya ada juga mahasiswa yang memperoleh skor
tinggi.
Orientasi pembelajaran sudah
berubah sejak digunakannya Sistem Kredit Semester. Seorang dosen menerima
sekelompok mahasiswa dalam kelasnya yang terdiri atas individu-individu. Tugas
seorang dosen ialah mengajar sedemikian rupa agar masing-masing individu itu
berubah perilakunya dari belum atau tidak memahami, menjadi memahami materi
perkuliahannya. Jadi apabila masih banyak mahasiswa yang belum berubah
perilakunya, alias dapat diluluskan, maka dosen itu belum berhasil dalam
mengajar. Tidak ada mahasiswa yang “bodoh”, apalagi mereka yang telah melalui
penjaringan seleksi ketat agar dapat masuk perguruan tinggi. Dalam hal ini
dosen tersebut harus introspeksi diri sendiri, apakah ia sudah merencanakan
pembelajaran dengan baik (dengan merumuskan tujuan belajar); apakah ia telah
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana; apakah dosen memberi bimbingan bagi mahasiswa yang kurang cepat
belajar (menurut teori belajar, tidak ada manusia yang persis sama, ada yang
cepat ada yang agak lambat belajar), dan yang penting pula ialah apakah ia menggunakan
metode asesmen dan evaluasi hasil belajar yang sahih (valid) dan terpercaya
(reliable).