Powered By Blogger

Kamis, 03 April 2014

supervisi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 
 A. Latar Belakang
 Sesuai dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan pendidikan di Indonesia maka paradigma tenaga kependidikan pun sudah seharusnya mengalami perubahan pula, khususnya yang berkaitan dengan supervisi atau kepengawasan pendidikan ini. Karena banyak terjadi permasalahan- permasalahan yang terjadi di kalangan para pendidik terutama dalam hal belajar dan mengajar.Oleh karena itu, maka perlu adanya supervisi atau pengawasan pendidikan yang dilakukan oleh seorang supervisor. Pengertian pengawasan seperti ini sering disebut inspeksi atau memeriksa, orang yang melakukan pemeriksaan itu sendiri disebut inspektur. Perubahan demi perubahan telah dialami. Pengaruh-pengaruh barat mulai masuk, sehingga pengertian pengawasan dalam pendidikan dirubah menjadi “supervisi” yang maksudnya hampir sama dengan inspeksi tapi istilah supervisi memiliki arti yang lebih luas dan demokratis, tidak hanya melihat apakah kepala sekolah, guru, dan para pegawai sekolah telah melakukan tugas dan kegiatan sesuai dengan pedoman yang ada, akan tetapi juga berusaha mencari jalan keluar bagaimana cara memperbaikinya. Dengan paradigma baru ini diharapkan para pendidik dan para supervisor dapat menjalin kerjasama yang lebih harmonis dalam rangka mengemban tugas-tugas kependidikan yang dibebankan kepada diri masing-masing. Supervisi pendidikan atau yang lebih dikenal dengan pengawasan pendidikan memiliki konsep dasar yang saling berhubungan. Dalam konsep dasar supervisi pendidikan dijelaskan beberapa dasar-dasar tentang konsep supervisi pendidikan itu sendiri. Pendidikan berbeda dengan mengajar, pendidikan adalah suatu proses pendewasaan yang dilakukan oleh seorang pendidik kepada peserta didik dengan memberikan stimulus positif yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan pengajaran hanya mencakup kognitif saja artinya pengajaran adalah suatu proses pentransferan ilmu pengetahuan tanpa membentuk sikap dan kreatifitas peserta didik. Oleh karena itu, pendidikan haruslah diawasi atau disupervisi oleh supervisor yang dapat disebut sebagai kepala sekolah dan pengawas-pengawas lain yang ada di departemen pendidikan. Pengawasan di sini adalah pengawasan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja para pendidik dan pegawai sekolah lainnya dengan cara memberikan pengarahan-pengarahan yang baik dan bimbingan serta masukan tentang cara atau metode mendidik yang baik dan professional. Istilah supervisi ini awalnya belum begitu lazim di pergunakan dalam lingkungan perskolahan dan kepegawaian di Indonesia. Tetapi semakin lama makin banyak di pergunakan orang. walaupun mengenai arti, fungsi dan tujuan yang terkandung di dalamnya, masih merupakan tanda tanya, apakah sudah benar- benar di pahami oleh yang mempergunakan istilah itu.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang makalah diatas, maka permasalahan yang akan dibahas yaitu: 1. Bagaimana konsep dasar supervisi pendidikan? 2. Apa saja tujuan dan fungsi dari supervisi pendidikan? 3. Bagaimana teknik- teknik yang ada dalam supervisi pendidikan? 4. Bagaimana prosedur kegiatan supervisi pendidikan? 5. Apa saja prilaku- prilaku Etik yang perlu dimiliki supervisor pendidikan? C. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu: 1. Mengetahui konsep dasar dari supervisi pendidikan. 2. Mengetahui tujuan dan fungsi supervisi pendidikan. 3. Mengetahui teknik- teknik yang ada di dalam supervisi pendidikan. 4. Mengetahui prosedur kegiatan supervisi pendidikan. 5. Mengetahui perilaku- perilaku Etik yang perlu dimiliki supervisor pendidikan. D. Manfaat Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu: 1. Guna menambah wawasan dan pengetahuan bagi para mahasiswa mengenai supervisi pendidikan. 2. Dapat bermanfaat dan memberikan informasi tentang bagaimana proses penanganan dan penyelesaian masalah mengenai pendidikan sekarang ini. BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Supervisi Pendidikan. Untuk mengetahui konsep dasar yang ada dalam supervisi pendidikan ini maka perlu adanya pemahaman tentang pemgertian dari supervise itu sendiri. Secara morfologis Supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu super dan vision. Super berarti diatas dan vision berarti melihat, masih serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan –orang yang berposisi diatas, pimpinan-- terhadap hal-hal yang ada dibawahnya. Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih human, manusiawi. Kegiatan supervise bukan mencari-cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinnaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata-mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki. Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya. Berikut ini beberapa defenisi yang dikemukakan oleh para ahli : • Menurut P. Adams dan Frank G. Dickey, supervisi adalah suatu program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran. ( Supervision is a planned program for the improvement of instruction. • Dalam Dictionary of Education, Goofd Carter memberikan defenisi sebagai berikut: ”Supervisi adalah segala usaha dari petugas- petugas sekolah dalam memimpin guru- guru dan petugas pendidik lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk memperkembangkan pertumbuhan guru- guru, menyelasaikan dan merevisi tujuan pendidikan, bahan- bahan pengajaran dan metode mengajar dan penilaian pengajaran”. • Menurut Alexander dan Saylor : Supervisi adalah suatu program inservise- seducation dan usaha memperkembangkan kelompok ( group) secara bersama. • Menurut Boardman : Supervisi adalah suatu usaha menstimulir, mengkoordinir dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru- guru sekolah, baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti, dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran, sehingga dengan demikian mereka mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern. • McNerney meninjau supervisi sebagai suatu proses penilaian. Ia mengatakan;” supervisi adalah prosedur memberi arah serta mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran. • H. Burton dan Leo J. Bruckner : Supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama- sama faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Defenisi- defenisi tersebut di atas tampak terdapat perbedaan satu dengan lainnya, karena titik tolak mereka juga berbeda- beda. Namun demikian, kalau kita teliti kesemuanya tidak meninggalkan unsur- unsur pokok berikut: 1. Tujuan. 2. Situasi belajar 3. Supervisor.( ) B. Tujuan dan Fungsi Supervisi Pendidikan 1.Tujuan Supervisi Pendidikan Pada zaman penjajahan, supervise dijalankan oleh kepala sekolah terhadap guru-guru di wilayahnya. Tujuannya ialah untuk mengetahui apakah segala peraturan, perintah atau larangan dijalankan sesuai dengan petunjuk. Apabila semuanya sudah sesuai dan tidak menyimpang sedikitpun, maka sekolah itu dinilai “baik”. Para karyawan konduite baik dan menerima hadiah, kenaikan pangkat, kenaikan gaji dan sebagainya. Sebaliknya, apabila karyawan menyimpang dari peraturan, maka ia mendapat konduite “ buruk”, dan menerima hukuman administrasi, misalnya dipindahkan ke tempat yang tidak menyenangkan, tertunda kenaikan pangkat dan sebagainya. Jadi supervise zaman dahulu hanyalah untuk membagi hadiah kepada karyawan sekolah yang taat melaksanakan perintah dari pusat, dan untuk mencari kesalahan para karyawan, yang kemudian mendapat hukuman. Supervisor ( orang yang menjalankan supervise ) pada waktu itu dinamakan inspektur. Usaha pembimbingan dan memberi nasehat guna kesempurnaan pelaksanaan tugas tidak ada. Karen itu suasana kepegawaian adalah tertekan dan takut. Tidak ada kegembiraan bekerja, karena semua karyawan dihinggapi rasa khawatir mendapat konduite buruk apabila salah dalam bertindak. Lain halnya dengan zaman kemerdekaan sekarang. Tujuan supervise pada zaman ini ialah : mengetahui situasi untuk mengukur tingkat perkembangan kegiatan sekolah dalam usahanya mencapai tujuan pendidikan. Atau dengan kata lain : tujuan supervise ialah baik. Jadi pengawasan mempunyai tujuan untuk mengadakan evaluasi yaitu untuk pengukuran kemajuan sekolah.bisa juga dikatakan untuk memperkembangkan situasi belajar dan mengajar dengan baik. Selanjutnya dalam pengawasan diketemukan sutuasi positif yang memungkinkan tercapainya tujuan dengan baik dan situasi negatif yang menghambat tercapainya tujuan. Follow up supervise adalah bimbingan atau nasihat dari pihak supervisor kepada guru dan karyawan untuk lebih meningkatkan hasil, dan untuk meghilangkan semua hamabatan dalam mencapai tujuan. Dalam zaman kemerdekaan, dengan usaha demokratis dan partisipasi di lapangan pendidikan di sekolah, evaluasi dan guidance and counseling merupakan satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Untuk mengukur perkembangan dalam usaha mencapai tujuan, mutlak perlu adanya pengawasan ( supervisi ), dan untuk mencapai tujuan sebaik-baiknya perlu supervisor memberi bimbingan dan konseling ( guidance and counseling). Di dalam masyarakat yang senantiasa berkembang ini seorang guru hendaknya dapat mengikuti perkembangan-perkembangan itu. Jika tidak, maka kita akan tertinggal dan secara tidak sadar, akan merupakan faktor pengahalang bagi perkembangan masyarakat. Perkembangan, peningkatan dan perbaikan inilah yang terkandung dalam arti supervisi. Masyarakat akan maju jika ada yang membimbingnya, ada yang mengerakkannya, ada yang pemimpinnya untuk meningkatkan dan mengambangkan profesinya. Bimbingan seperti inilah yang merupakan inti dari pengertian dan tujuan supervisi( ) Secara nasional tujuan konkrit dari supervisi pendidikan adalah: 1. Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan 2. Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid. 3. Membantu guru dalam menggunakan alat pelajaran modern. 4. Membantu guru dalam menilai kemajuan murid-murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri. 5. Membantu guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar. 6. Membantu guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid. 7. Membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka. 8. Membantu guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya. 9. Membantu guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber yang berasal dari masyarakat. 10. Membantu guru-guru agar waktu dan tenaganya tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolah. 2.Fungsi Supervisi Pendidikan Dalam organisasi administrasi pendidikan,setelah seluruh struktur organisasi sudah terbentuk dan program kerja sudah dijalankan maka perlu diadakannya pengawasan ( supervisi ) oleh pimpinan sekolah atau atasannya.sebab tanpa adanya pengawasan ada kemungkinan timbulnya situasi yang menghambat jalannya administrasi pendidikan di sekolah. Karena hambatan itu makin lama makin banyak, maka ada kemungkinan tujuan itu tidak akan tercapai dalam waktu yang telah direncanakan. Situasi yang menghambat itu dapat berasal dari berbagai pihak, misalnya: 1. Dari pihak guru:  Kurang adanya semangat kerja  Kurang kesediaan bekerja-sama dan berkomunikasi  Kurang keprigelan melaksanakan tugas  Kurang menguasai metode mengajar  Kurang memahami tujuan dan program kerja  Kurang mentaati peraturan ketertiban, dan sebagainya 2. Dari pihak murid:  Kurang kerajinan, ketekunan  Kurang mentaati ketertiban  Kurang keinsyafan perlunya belajar dan sebagainya. Dan masih banyak hamabatan-hamabatan lainnya, baik dari pihak prasarana, pihak kepala sekolah, karyawan dan lain sebagainya. Yang mana, dengan hambatan tersebut maka supervisi pendidikan mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting di dalam pendidikan. Swearingen merumuskan 8 fungsi supervise sebagai berikut : 1. Mengkoordinasi semua usaha sekolah 2. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah 3. Memperluas pengalaman guru- guru 4. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif 5. Memberikan fasilitas penilaian yang terus menerus 6. Menganalisa situasi belajar dan mengajar 7. Memberikan pengetahuan / skill kepada setiap anggota/staff 8. Membantu meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru. Secara garis besar, maka supervisi pendidikan mempunyai beberapa fungsi yang berkaitan satu sama lainnya. Beberapa fungsi tersebut adalah: a. Fungsi pelayanan ( service activity ) : kegiatan pelayanan untuk peningkatan profesionalnya. b. Fungsi penelitian : untu memperoleh data yang objektif daan relevan, misalnya untuk menemukan hamabatan belajar. c. Fungsi kepemimpinan : usaha mempengaruhi orang lain agar yang disupervisi dapat memecahkan sendiri masalahnya sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya. d. Fungsi manajemen : supervisi dilakukan sebagai kontrol atau pengarahan, sebagai aspek dari manajemen. e. Fungsi evaluasi : supervisi dilakukan untuk mengevaluasi hasil atau kemajuan yang diperoleh. f. Fungsi supervisi sebagai bimbingan. g. Fungsi supervisi sebagai pendidikan dalam jabatan ( inservise education ) khususnya bagi guru muda atau peserta didik sekolah pendidikan guru. Secara umum, fungsi dari supervisi pendidikan adalah: a. Penelitian Proses dari penelitian ini meliputi beberapa tahapan, pertama adalah perumusan masalah yang akan diteliti, kedua adalah pengumpulan data, ketiga pengolahan data, dan yang terakhir adalah konklusi hasil penelitian. b. Penilaian Fungsi supervisi dalam hal ini adalah mengevaluasi aspek-aspek positif dan negatif guna menemukan hambatan-hambatan dan mengembangkan kemajuan yang telah ada. c. Perbaikan Supervisi dal;am hal ini mengawasi keadaan umum dan situasi dalam pendidikan, jika belum baik atau belum memuaskan maka akan segera diperbaiki. d. Peningkatan Peningkatan disini supervisor meningkatkan segala sesuatu yang telah baik dan mengembangkan agar lebih maju lagi.5 Jadi fungsi utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran. Franseth Jane dan Ayer (dalam Konsep Dasar & teknik Supervisi pendidikan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia) mengemukakan bahwa fungsi utama supervisi adalah membina program pengajaran yang ada sebaik-baiknya sehingga selalu ada usaha perbaikan. Menurut Burton dan Bruckner (dalam Konsep Dasar & teknik Supervisi pendidikan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia) fungsi utama supervisi modern ialah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik. Sedangkan Briggs mengungkapkan bahwa fungsi utama supervisi bukan perbaikan pembelajaran saja, tetapi untuk mengkoordinasi menstimulasi, dan mendorong ke arah pertumbuhan profesi guru.( ) C. Teknik Supervisi Pendidikan Teknik supervisi Pendidikan adalah atat yang digunakan oleh supervisor untuk mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang pada akhir dapat melakukan perbaikan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Dalam pelaksanaan supervisi pendidikan, sebagai supervisor harus mengetahui dan memahami serta melaksanakan teknik – teknik dalam supervisi. Berbagai macam teknik dapat digunakan oleh supervisor dalam membantu guru meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan ataupun dengan cara langsung bertatap muka dan cara tak langsung bertatap muka atau melalui media komunikasi (Sagala 2010 : 210). Berikut ini beberapa teknik-teknik supervise pendidikan : 1.Teknik Yang Bersifat Individual. Teknik supervise pendidikan yang bersifat individual antara lain perkunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saling mengunjungi kelas, menilai diri sendiri. A.Perkunjungan ke Kelas. Seorang Pembina atau kepala sekolah datang ke kelas dimana guru sedang mengajar. Ia mengadakan peninjauan terhadap suasana belajar di kelas itu, perkunjungan ini disebut perkunjungan kelas. Adapun tujuan perkunjungan kelas ini ialah menolong guru-guru dalam hal pemecahan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Dalam perkunjungan kelas yang diutamakan ialah mempelajari sifat dan kualitas cara belajar anak dan bagaimana guru membimbing murid- muridnya. Sedangkan fungsi dari teknik ini adalah sebagai alat memajukan cara menagajar dan cara belajar yang baru. Perkunjungan juga membantu pertumbuhan professional baik guru maupun supervisor karena memberi kesempatan untuk meneliti prinsip dan hal belajar mengajar itu sendiri. Adapun jenis-jenis perkunjungan ini adalah: 1. Perkunjungan tanpa diberitahukan sebelumnya ( unannounced visitation ). 2. Perkunjungan dengan memberitahukan ( announced visition ). 3. Perkunjungan atas dasar undangan guru ( visits upon invisition ). B.Observasi kelas ( Class-Room Observation ). Dalam hal melaksanakan perkunjungan supervisor mengadakan observasi, maksudnya meneliti suasana kelas selama pelajaran berlangsung. Observasi ini mempunyai dua jenis, yaitu: 1. Obsevasi langsung ( directed observastion ). 2. Observasi tidak langsung ( indirect observation ). Adapun tujuan observasi ini adalah untuk memperoleh data yang seobyektif mungkin sehingga bahan yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisa kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru-guru dalam usaha memperbaiki hal belajar mengajar. Dalam hal ini, yang perlu diobservasi adalah usaha serta kegiatan guru dan murid, usaha dan kegiatan antara guru dan murid dalam hubungan dengan penggunaan bahan dan alat pelajaran, usaha dan kegiatan guru dan murid dalam memperoleh pengalaman belajar, lingkungan social, phisik sekolah, baik di dalam maupun di luar ruang kelas dan faktor- faktor penunjang lainnya. C.Percakapan Pribadi ( individual conference ) Individual conference atau percakapan pribadi antara seorang supervisor dengan seorang guru. Dalam percakapan itu kedua-keduanya berusaha berjumpa dalam pengertian tentang mengajar yang baik. Yang dipercakapkan adalah usaha-usaha untuk memecahkan problem yang dihadapi oleh guru. Adam dan Dickey mengatakan bahwa salah satu alat yang penting dalam supervisi adalah individual- conference, sebab dalam individual-conference seorang supervisior dapat bekerja secara individual dengan guru dalam memcahkan problem-problem pribadi yang berhubungan dengan jabatan mengajar ( personal and professional problems ) misalnya : pemilihan dan pemakaian alat-alat pelajaran tentang penentuan dan penggunaan metode mengajar dan sebagainya. Adapun tujuan teknik ini adalah : a. Untuk memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang dihadapi. b. Memupuk dan mengembangkan hal belajar yang lebih baik lagi. c. Memperbaiki kelemahan-kelemahan dan kekurangan yang sering dialami oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah. d. Menghilangkan dan menghindari segala prasangka yang bukan-bukan. D.Saling Mengunjungi Kelas ( intervisitation ). Yang dimaksud dengan intervisitation adalah saling mengunjungi antara guru yang satu dengan guru yang lain yang sedang mengajar. Teknik ini memiliki kelebihan diantara teknik yang lainnya, diantaranya : 1. Memberi kesempatan mengamati rekan lain yang sedang memberi pelajaran. 2. Membantu guru-guru yang ingin memperoleh pengalaman atau keterampilan tentang teknik dan metode mengajar serta berguna bagi guru-guru yang mengahadapi kesulitan tertentu dalam menagajar. 3. Memberi motivasi yang terarah terhadap aktivitas mengajar. Rekan guru mudah belajar dari temannya sendiri karena keakraban perhubungan atas dasar saling mengenal. 4. Sifat bawahan terhadap pemimpin seperti halnya supervisior dan guru tidak ada sama sekali, sehingga diskusi dapat berlangsung secara wajar dan mudah mencari penyelesaian sesuatu persoalan yang bersifat musyawarah. E.Menilai Diri Sendiri ( Self Evaluation Check List ). Salah satu tugas yang tersukar bagi guru-guru ialah melihat kemampuan diri sendiri dalam menyajikan bahan pelajaran. Untuk mengukur kemampuan menagajarnya, di samping menilai murid- muridnya, juga penilaian terhadap diri sendiri merupakan teknik yang dapat membantu guru dalam pertumbuhannya. B.Teknik-Teknik Yang Bersifat Kelompok. Yang dimaksud dengan teknik-teknik yang bersifat kelompok adalah teknik-teknik yang digunakan itu dilaksanakan bersama-sama oleh supervisior dengan sejumlah guru dalam satu kelompok. Teknik-teknik itu antara lain : A.Pertemuan Orientasi bagi guru baru ( Orientation Meeting For New Teacher ). Pertemuan ini adalah salah satu daripada pertemuan yang bertujuan khusus mengantar guru-guru untuk memasuki suasana kerja baru. Pertemuan orientasi ini bukan saja guru baru tapi juga seluruh staf guru. Hal-hal yang disajikan dalam pertemuan ini meliputi : 1. Sistem kerja sekolah itu. 2. Proses dan mekanisme administrasi dan organisasi sekolah. 3. Biasanya diiringi dengan tanya jawab dan penyajian seluruh kegiatan dan situasi sekolah. 4. Sering juga pertemuan orientasi ini diikuti dengan tindak lanjut dalam bentuk diskusi kelompok. 5. Ada juga melalui perkunjungan ke tempat-tempat tertentu. 6. Salah satu cirri yang sangat berkesan bagi pembinaan segi social dalam orientasi ini ialah makan bersama. 7. Tempat pertemuan juga mempengaruhi orientasi tersebut. B.Rapat Guru. Rapat guru banyak sekali jenisnya, baik dilihat dari sifatnya, jenis kegiatan, tujuan maupun orang-orang yang menghadirinya. Pada uraian ini akan dibahas rapat guru sebagai salah satu teknik supervise untuk memperbaiki situasi belajar dan mengajar. Adapun macam-macam rapat guru adalah : a. Menurut tingkatannya. 1. Staff-meeting yaitu rapat guru-guru dalam satu sekolah yang dihadiri oleh seluruh atau sebagian guru di sekolah tersebut. 2. Rapat guru bersama orang tua murid dan murid-murid. 3. Rapat guru se-kota, se-wilayah, se-rayon, atau dari sekolah-sekolah yang setingkat. 4. Rapat guru-guru dari beberapa sekolah yang bertetangga. 5. Rapat kepala-kepala sekolah. b. Menurut waktunya. 1. Rapat permulaan dan akhir tahun. 2. Rapat periodic. 3. Rapat-rapat yang bersifat incidental. c. Menurut bentuknya. 1. Individual conference. 2. Diskusi 3. Seminar dan symposium. 4. Up-grading selama satu atau beberapa hari/ minggu. 5. Workshop. C.Studi Kelompok Antar Guru Guru-guru dalam mata pelajaran sejenis berkumpul bersama untuk mempelajari suatu masalah atau sejumlah bahan pelajaran. Pokok bahasan telah ditentukan atau diperinci dalam garis-garis besar atau dalam bentuk pernyataaan-pernyataan pokok yang telah disusun secara teratur. Untuk mempelajari bahan-bahan dapat dipergunakan bermacam-macam tehnik berkomunikasi. Misalnya seorang yang mengemukakan sesuatu masalah dan dibahas bersama. Sebaiknya bahan itu telah dipelajari lebih dahulu. Untuk dapat memperkaya pembahasan diperlukan cukup banyak sumber-sumber buku. D.Diskusi Sebagai Proses Kelompok. a. Pengertian Diskusi. Diskusi adalah pertukaran pendapat tentang sesuatu masalah untuk dipecahkan bersama. Diskusi merupakan cara untuk mengembangkan keterampilan anggota-anggotanya dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dengan jalan bertukar pikiran. Yang perlu diketahui oleh seorang supervisor bila memimpin diskusi guru-guru ia harus memiliki kemampuan menggerakkan kelompok, membuat pertemuan berhasil dan mengkoordinasikan pekerjaan-pekerjaan kelompok. b. Pembatasan dan cirri kelompok. Kelompok terdiri dari dua atau lebih individu yang bersama-sama memecahkan beberapa masalah yang umum tidak dapat dipecahkan sendiri. Ciri-ciri kelompok yang baik adalah: 1. Tiap anggota merasa turut berpartisipasi. 2. Adanya interaksi antar anggota. 3. Adanya kontrol daripada anggota. c.Kepemimpinan dalam kelompok. Leland P. Bradfort dan Ronal Lippitt dalam tulisannya yang berjudul “ Building a democratie work group “ personal XXII ( November 1945 ) membedakan empat macam jenis kepemimpinan dari seorang supervisor yang dapat diringkas sebagai berikut: 1. The Hardboiled Autocrat. Cirinya : pemimpin memberikan perintah, mengadakan pemeriksaan ketat, tegas pada disiplin yang kaku, sadar akan kekuasaannya. Ciri kelompok: Anggota-anggota kelompok enggan menerima tanggung jawab. Bila pemimpin tidak ada, maka tidak ada yang mengerjakan tugas. Anggota-anggota cendrung mencari muka dan saling memotong teman sendiri. 2. The benevolent autocrat Cirinya : pemimpin merasa perlu membuat anggota-anggota senang mendorong anggota menimbulkan persoalan padanya, suka dipuji, dan ingin menjadikan dirinya menjadi sumber semua pertimbangan. Ciri kelompok : Anggota-anggota tidak berinisiatip, tunduk dan tidak mau menerima tanggung jawab. Akhirnya kelompok hanya dapat berjalan di bawah supervisor yang autocrat. 3. Laissez Faire. Cirinya : pemimpin cendrung member kebebasan, member tanggung jawab terlalu banyak kepada anggotanya, tidak menentu tujuan, tidak membuat keputusan dan tidak membantu kelompok membuat putusan. Cirri kelompok : Tidak ada tujuan, tak ada sesuatu yang ingin dicapai, melihat ke depan dengan pandangan yang suuram, sebab frustasi, penuh kegagalan dan rasa tidak aman. 4. Democratie. Cirinya : supervisor yang demokratis selalu berusaha bersama-sama membuat rencana kerja. Bila ia membuat keputusan sendiri, ia menjelaskan kepada anggota-anggotanya. Ia ingin agar setiap anggotanya mengerti akan pekerjaannya dan senang akan hasilnnya. Ciri kelompok : tiap anggota merasa ikut serta dalam kelompok ini. Tiap anggota senang akan pekerjaannya. Kerja sama dengan jelas dan anggota bertumbuh menjadi anggota yang bertanggung jawab. E.Tukar Menukar Pengalaman ( Sharing of Experience ) Penataran merupakan sesuatu yang sering yang sangat membosankan. Dikatakan membosankan karena guru-guru menganggap bahan yang diberikan sudah pernah dimiliki, atau cara penyajiannya juga kurang menarik, karena tidak bersumber pada kebutuhann profesi mereka. Oleh karena itu suatu teknik perjumpaan yang disebut “ sharing of experience “ adalah cara yang bijaksana. Di dalam teknik ini kita berasumsi bahwa guru-guru adalah orang-orang yang sudah berpengalaman. Melalui perjumpaan diadakan tukar menukar pengalaman, saling memberi dan menerima, saling belajar satu dengan yang lain. Namun demikian, prosedur sharing harus dipersiapkan secara teratur agar tujuan dapat tercapai. Langkah-langkah sharing : 1. Tentukan tujuan yang akan dicapai. 2. Tentukan pokok masalah yang akan dibahas dalam bentuk problema. 3. Berikan kesempatan pada setiap peserta untuk menyumbangkan pendapat mereka. 4. Rumuskan kesimpulan sementara dan lemparkan pproblema baru. F. Lokakarya ( workshop ). Workshop pendidikan adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terdiri dari petugas-petugas ppendidikan yang memecahkan problema yang dihadapi melalui percakapan dan bekerja secara kelompok maupun bersifat perseorangan. Workshop juga berarti pula suatu usaha kerja dengan menggunakan bermacam-macam alat untuk mengahasilkan sesuatu. Adapun cirri-ciri workshop adalah : 1. Masalah yang dibahas bersifat “life centered “ dan muncul dari peserta sendiri. 2. Selalu menggunakan sejauh mungkin akktivitas mental dan fisik agar tercapai tarap pertumbuhan profesi yang lebih tinggi dan lebih baik dar semula. 3. Cara yang digunakan ialah metode pemecahan masalah “ musyawarah dan penyelidikan “ 4. Musyawarah kelompok diadakan menurut kebutuhan. 5. Menggunakan resource person dan reseource materials yang memberi bantuan yang besar sekali dalam mencapai hasil yang sebaik-baiknya. 6. Senantiasa memelihara kehidupan yang seimbang di samping memperkembangkan pengetahuan, kecakapan, perubahan tingkah laku, disediakan juga kesempatan untuk bervariasi seperti tamasya ntuk menambah pengalaman. G.Diskusi Panel. Panel diskusi ( panel discussion ) atau disebut juga “ forum discussion “ adalah suatu bentuk diskusi yang dipentaskan di hadapan sejumlah partisipan atau pendengar. Biasanya panel ini untuk memecahkan sesuatu problema dan para panelist terdiri dari orang-orang yang ahli dalam lapangan yang didiskusikan. Tujuan dari diskusi panel ini adalah untuk menjajaki suatu masalah secara terbuka agar dapat memperoleh lebih banyak pengetahuann dan pengertian tentang masalah tersebut. Pemeran dalam panel ialah moderator, panelist, expert participant, dan para audience. H. Seminar Seminar bertujuan untuk mengadakan intensifikasi, integrasi serta aplikasi pengetahuan, pengertian dan keterampilan para anggota kelompok dalam satu latihan yang intensip dengan mendapat bimbingan yang intensip pula. I.Simposium Simposium berasal dari perkataan yunani purba “syn” ( dengan ) dan “posis” ( minum ) yang menunjukkan kepada salah satu kebiasaan pada zaman itu, dimana setelah suatu pesta berakhir para hadirin tidak segera meninggalkan tempat, akan tetapi duduk-duduk bersandar , minum anggur dan menonton tarian. Symposium bertujuan mereorganisasikan pengertian dan pengetahuan tentang aspek-aspek sesuatu pokok masalah, atau untuk mengumpulkan dan memperbandingkan beberapa sudut pandang yang berbeda-beda tentang pokok masalah tersebut. J.Demonstration Teaching Dikatakan sebagai suatu teknik yang bersifat kelompok bilamana supervisior itu memberikan penjelasan-penjelasan kepada guru-guru tentang mengajar yang baik setelah guru yang baik memberikan penjelasan kepada guru-guru yang dikunjungi sebelumnya. Kekurangan teknik ini adalah : 1. Perkembangan mengajar itu berpusat pada pusat minat atau suatu kegiatan, yang membutuhkan waktu yang lama untuk demonstrasi mengajar. 2. Ketidakmampuan beberapa supervisior untuk mengadakan demonstrasi mengajar. 3. Banyak guru tidak mau mengadakan demonstrasi atau membantu supervisior mengadakan demonstrasi mengajar. K. Buletin Supervisi Buletin supervisi adalah salah satu alat komunikasi dalam bentuk tulisan yang dikeluarkan oleh staf supervisior yang digunakan sebagai alat untuk membantu guru-guru dalam memperbaiki situasi belajar mengajar. L. Membaca Langsung ( directed reading ) Bilamana sekolah mempunyai cukup banyak sumber buku yang berhubungan dengan satu bidang studi atau pengetahuan profesi mengajar lainnya, maka teknik yang paling sederhana namun sulit dilaksanakan ialah membaca langsung. Cara ini disebut juga guided reading( ). D.Prosedur Kegiatan Supervisi Pendidikan a. Pengertian Prosedur Menurut Muhammad Ali (2000 : 325) “Prosedur adalah tata cara kerja atau cara menjalankan suatu pekerjaan” Menurut Widjaja (1995 : 83) “Prosedur adalah sekumpulan bagian yang saling berkaitan misalnya : orang, jaringan gudang yang harus dilayani dengan cara yang tertentu oleh sejumlah pabrik dan pada gilirannya akan mengirimkan pelanggan menurut proses tertentu” Sedangkan menurut Kamaruddin (1992 : 836 – 837) “Prosedur pada dasarnya adalah suatu susunan yang teratur dari kegiatan yang berhubungan satu sama lainnya dan prosedur-prosedur yang berkaitan melaksanakan dan memudahkan kegiatan utama dari suatu organisasi”. Sedangkan pengertian prosedur menurut Ismail masya (1994 : 74) mengatakan bahwa “Prosedur adalah suatu rangkaian tugas-tugas yang saling berhubungan yang merupakan urutan-urutan menurut waktu dan tata cara tertentu untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang dilaksanakan berulang-ulang. Maka dapat disimpulkan bahwa prosedur adalah tata cara menjalankan sekumpulan bagian dari sebuah pekerjaan atau rangkain kegiatan yang saling berkaitan satu sama lainnya. Rangkaian kegiatan supervise pendidikan untuk memberikan bantuan dan bimbingan kepada Kepala Sekolah dan Guru agar termotivasi melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan dengan cara memilih pendekatan, metode, dan teknik-teknik supervise dan pengembangan model dalam supervise pendidikan yang tepat, sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.( ) b.Cara-cara melaksanakan supervise pendidikan Cara melaksanakan pengawasan atau supervise, seorang pemimpin tidak sama dengan pimpinan yang lain. Hal ini tergantung pada tipe atau corak kepemimpinannya. Seorang otoriter menjalankan supervise untuk mengetahui kesalahan-kesalahan petugas dalam melaksanakan tugasnya, yaitu menjalankan peraturan atau instruksi yang diberikan oleh pusat ( atasan ) kepada bawahannya. Guru yang patut mendapat konduite bagus, dan dicalonkan untuk menduduki pangkat yang lebih tinggi. Tidak ada usaha daripadanya untuk memberi bimbingan. Supervisi dijalankan dengan sekonyong-konyong tanpa sepengetahuan petugas yang diawasi, seolah- olah supervisior bertugas sebagai resersir yang mengintai untuk menemukan pelanggaran. Suasana antara karyawan sekolah di bawah pimpinan diktatoris seperti tersebut adalah tertekan, tegang. Kegembiraan bekerja tidak ada sama sekali. Adapun kepala sekolah yang bercorak laissez faire atau masa bodoh tidak menjalankan pengawasan. Ia membiarkan semua guru dan murid-murid bekerja sendiri sesuai dengan kemauannya masing-masing. Ia membiarkan semua aktivitas sekolah tidak diawasinya sama sekali. Kehidupan sekolah kacau, program kerja tidak ada, organisasi dan koordinasi tidak ada. Kehidupan sekolah macam ini mudah timbul kesimpangsiura, perselisihan, karena semua karyawan menjalankan tugas menurut kebijaksanaan dan kepentingannya masing-masing. Selanjutnya seorang kepala sekolah yang bercorak demokratis menjalankan pengawasan menurut program kerja tertentu. Dalam rapat sekolah sudah ditentukan organisasi pembagian tugas, sebagai tempat ikut berpartisipasi menurut keprigelan dan kecakapan masing-masing, koordinasi serta komunikasi, program dan pengarahan kerja dan sebagainya. Kepala sekolah memberikan kepercayaan kepada semua karyawan sehingga masing-masing merasa diakui dan dihargai sebagai kelompok sederajat. Pengawasan ia jalankan dengan ikut bekerja secara aktif. Kadang-kadang ia berdiri di tengah untuk membangkitkan semangat, kadang-kadang berdiri di muka untuk menjadi teladan, kadang-kadang di belakang untuk memberi kebebasan bekerja kepada para guru, tetapi mempengaruhinya. Dengan ikut bekerja kepala sekolah dapat mengetahui situasi sekolah seluruhnya dan sebagainya. Menjadi jelas, bahwa pengawasan secara demokratis yang lebih baik, yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut : a. Pengawasan dijalankan secara gotong royong atau koperatif, tidak di tangan seorang saja, yaitu kepala sekolah. b. Pengawasan dijalankan terang-teranga, diketahui oleh semua petugas yaitu guru-guru, tidak secara sembunyi-sembunyi seperti pengawasan polisi resersir. c. Pengawasanya dijalankan kontinyu dan bersifat tut wurihandayani ( bersifat membimbing ). Hambatan utama bagi kepala sekolah yang berusaha melaksanakan supervise demokratis ialah: apabila di sekolahnya ada guru yang egoistis, yaitu mengutamakan kepentingan pribadi ( seperti: penghasilan, pembagian waktu keuntungan hidup pribadi dan sebagainya ), dari pada tugas pribadinya. Adanya guru yang membandel kepada kepala sekolah, adanya guru yang mendahulukan kepentingan diri sendiri adalah semuanya menjadi penghambat. Yang dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut adalah seorang kepala sekolah yang mempunyai kualifikasi kepemimpinan memadai, terutama kebijaksanaan dan kewibawaan yang luar biasa. Kemudian dalam penerapan teknik-teknik supervisi pendidikan pada waktu pimpinan menjalankan pengawasan, timbullah pertanyaan, apakah yang perlu diawasi ? Berdasarkan pengertian, bahwa pengawasan adalah usaha mengetahui seluruh keaktifan administrasi pendidikan di sekolah, maka supervisi harus mengawasi seluruh kegiatan di sekolah. Adapun kegiatan-kegiatan itu meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Guru : mengenai semangat atau pengabdian, kecakapan, keahlian, keprigelan, kerajinan, ketekunan, tanggung jawab, ketertiban dan sebagainy. 2. Murid : mengenai kerajinan, kesehatan, umur, semangat kesusilaan, perkembangan, sikap hidup, usaha, prestasi, pembawaan dan sebagainya. 3. Prasarana : mengenai gedung, halaman, kesehatan, keamanan, lingkungan, alat pelajaran / alat peraga, dan sebagainya. 4. Tingkatan perkembangan dalam usaha mencapai tujuan sekolah. 5. Suasana : mengenai suasana guru, suasana murid, suasana kelas dan suasana sekolah. 6. Pelaksanaan program kerja, yang sudah ditentukan bersama dalam rapat. 7. Koordinasi antara seksi-seksi, subseksi dalam organisasi sekolah. 8. Partisipasi. E. Prilaku-Prilaku Etik Yang Harus dimiliki Seorang supervisi Pendidikan. Sebelum membahas tentang prilaku-prilaku etik yang harus dimiliki oleh seorang supervisior, terlebih dahulu kita bahas mengenai syarat-syarat yang harus dimilik oleh seorang supervisior. Sebagai seorang supervisior, yang harus melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, hendaknya mempunyai persyaratan-persyaratan ideal. Dilihat dari segi kepribadiannya ( personality ), syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut : 1. Ia harus mempunyai perikemanusian dan solidaritas yang tinggi, dapat menilai orang lain secara teliti dari segi kemanusiaannya serta dapat bergaul dengan baik. 2. Ia harus dapat memelihara dan menghargai dengan sungguh-sungguh semua kepercayaan yang diberikan oleh orang-orang yang berhubungan dengannya. 3. Ia harus berjiwa optimis yang berusaha mencari yang baik, mengharapkan yang baik dan melihat segi-segi yang baik. 4. Hendaknya bersifat adil dan jujur, sehingga tidak dapat dipengaruhi oleh penyimpangan-penyimpangan manusia. 5. Hendaknya ia cukup tegas dan obyektif ( tidak memihak ) sehingga guru-guru yang lemah yang menjadi staffnya, tidak “ hilang dalam bayangan “ orang-orang yang kuat pribadinya. 6. Ia harus berjiwa terbuka dan luas, sehingga lekas dan mudah memberikan pengakuan dan penghargaann terhadap prestasi yang baik. 7. Jiwanya yang terbuka tidak boleh menimbulkan prasangka terhadap seseorang untuk selama-lamanya hanya karena suatu kesalahan saja. 8. Ia hendaknya jujur, terbuka dan penuh tanggung jawab. 9. Ia harus cukup taktik, sehingga kritiknya tidak menyinggung perasaan orang lain. Etika dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Etika merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa etika atau bisa disebut kode etik merupakan tata cara atau aturan yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standar perilaku anggotanya. Nilai professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian kepada masyarakat. Kode etik berperan sangat penting pada suatu profesi. Agar profesi dapat berjalan dengan benar maka perlu diikat dengan suatu norma tertulis yang disebut dengan kode etik profesi. Kode etik profesi dapat diubah seiring dengan perkembangan zaman yang mengatur diri profesi yang bersangkutan dan perwujudan nilai moral yang hakiki dan tidak dipaksakan dari luar. Jadi kode etik diadakan sebagai sarana kontrol sosial dan untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi serta melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan atau penyalahgunaan keahlian. Jadi dapat disimpulkan bahwa kode etik adalah tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan untuk mengatur/memberikan pertimbangan prilaku (baik atau buruk) manusia dalam masyarakat. Dalam hal ini adalah kode etik seorang pengawas adalah tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan untuk mengatur/memberikan pertimbangan prilaku (baik-buruk) seorang yang melaksanakan kegiatan mengawasi dengan jalan memberikan pelayanan kepada kegiatan sekolah sesuai dengan tugas lembaga. Kemudian daripada itu seorang pengawas dituntut agar dapat menjaga etika dalam profesi pengawas itu sendiri. Etika pengawas antara lain: 1) Dalam melaksanakan tugasnya pengawas satuan pendidikan senantiasa berlandaskan Iman dan Taqwa serta mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; 2) Pengawas satuan pendidikan senantiasa merasa bangga dalam mengemban tugas sebagai pengawas; 3) Pengawas satuan pendidikan memiliki pengabdian yang tinggi dalam menekuni tugas pokok dan fungsinya sebagai pengawas; 4) Pengawas satuan pendidikan bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai pengawas; 5) Pengawas satuan pendidikan menjaga citra dan nama baik profesi pengawas; 6) Pengawas satuan pendidikan menjunjung tinggi disiplin dan etos kerja dalam melaksanakan tugas professional pengawas; 7) Pengawas satuan pendidikan mampu menampilkan keberadaanya dirinya sebagai supervisor professional dan tokoh yang diteladani; 8) Pengawas satuan pendidikan sigap dan terampil dalam menanggapi dan membantu pemecahan masalah-masalah yang dihadapi stakeholder sekolah binaannya; 9) Pengawas satuan pendidikan memiliki rasa kesetiakawanan social yang tinggi, baik terhadap stakeholder sekolah binaannya dan terhadap koleganya( ). BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Secara morfologis Supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu super dan vision. Super berarti diatas dan vision berarti melihat. Secara sematik Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya.Tujuan supervise pada zaman ini ialah : mengetahui situasi untuk mengukur tingkat perkembangan kegiatan sekolah dalam usahanya mencapai tujuan. Atau dengan kata lain : tujuan supervise ialah baik. Jadi pengawasan mempunyai tujuan untuk mengadakan evaluasi yaitu untuk pengukuran kemajuan sekolah. Secara umum, fungsi dari supervisi pendidikan adalah Penelitian, Penilaian, Perbaikan dan Peningkatan. Teknik-teknik supervise pendidikan yaitu, perkunjungan ke kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saling mengunjungi kelas, menilai diri sendiri, pertemuan orientasi bagi guru-guru baru, rapat guru, studi kelompok antar guru, diskusi sebagai proses kelompok, tukar menukar pengalaman, lokakarya, diskusi panel, seminar, simposium, demonstration teaching, bulletin supervise dan membaca langsung. B. Saran Dalam pembuatan makalah ini referensi yang digunakan sudah cukup namun apabila akan menggunakan referensi yang lebih banyak lagi itu akan lebih baik. Waktu yang diberikan tergolong singkat untuk pembuatan sebuah makalah sehingga untuk pembuatan makalah selanjutnya disarankan untuk menggunakan referensi dan waktu yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad rohani dan Abu Ahmadi, administrasi pendidikan sekolah,Jakarta : bumi aksara, (1991) Piet .A.Sahertian dan Frans Mataheru, prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Surabaya: usaha nasional, (1981). Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Sergiovanni, (2003) http://fauziapc.wordpress.com/2010/05/13/kode-etiketika-pengawasan-pendidikan/ (02/03/14, 21:36 ) http://yadi 93.blogspot.com/2013/02/pengertian-prosedur.html ( 02/03/14,21:58 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar