Powered By Blogger

Kamis, 03 April 2014

PENGERTIAN MISIONARISME

Anime Comments Pictures
alim


PEMBAHASAN
A.Pengertian Misionarisme.
           
            Ajaran islam yang sesuai dengan perkembangan zaman dan menjadi rahmat bagi seluruh alam, dan bahkan ummat islam diberikan gelar sebagai sebaik-baik ummat (khairu ummah), maka ummat islam harus mampu membawakan dan menyebarkan agama islam untuk dikatan sebagai khairu ummah. Dari satu sisi, seiring dengan perjalananan dakwah islam, orang-orang Barat tidak ingin ketinggalan untuk menyebarkan agama mereka yang dianggap benar, sebutan dalam agama mereka adalah misionarisme, yang tentunya memiliki konsep berbeda dengan konsep dakwah.
Karena hal itulah, maka ummat islam harus mampu membedakan pandangannya sendiri dengan orang Barat tentang misionarisme. Bagi mereka,  misionarisme merupakan suatu usaha untuk mempersiapkan para misionaris. Mereka mempelajari mempelajari bagaimana caranya melakukan propaganda secara halus sebagai strategi khusus untuk masuk agama Kristen. Stretegi ini dipelajari tentunya setelah mereka mengetahui dan mempelajari kondisi psikis bangsa Timur, serta bagaimana cara supaya mereka mengenalkan ajaran-ajaran Nasrani kepada sebagian kelompok muslim dan penganut agama lainnya agar mustad dan masuk agama mereka.
Pebedaan Makna Misionarisme Dan Dakwah Islam
Misionarisme dalam pandangan umat islam dengan pemahaman orang-orang Barat adalah hal yang tidak dibenarkan. Ketika kaum muslimin mempelajari bentuk-bentuk, perantara-perantar dan faktor-faktro pendorong timbulnya misionarisme, tiada lain dilakukan sebagai bentuk kewaspadaan kepada kaum muslimin akan tipu daya kaum misionaris.
Inilah pandangan khusus kita mengenai gerakan misionarisme yang sekilas hampir sama dengan dengan pandangan orang Nasrani mengenai pola dakwah Islam, padahal keduanya jelas-jelas berbeda dari sisi bahasa dan juaga budayanya. Islam tidak mengenal istilah pengislaman sebagaimana dalam agama Kristen dikenal dengan bebagai istilah antara lain; Kristenisasi, Misionarisme, Pembaptisan.
Sesungguhnya islam tidak rela dan tidak mengakui cara-cara tidak terpuji, seperti adanya pemaksaan dalam hal beragama, juga mengambil kesempatan dibalik kesusahan orang lain, dengan dalih misi sosial, walaupun tujuannya bisa dibenarkan akan tetapi yang kita tolak adalah cara-cara pemaksaan yang dilakukan untuk mencapai tujuannya.
Ada banyak hal yang dirusak oleh kaum misionaris, mulai dari penghilangan sejarah yang telah diukir oleh ummat islam dahulu, orang-orang misionaris telah mencoreng lembaran-lembaran putih yang dihasilkan oleh islam dengan warna-warna kelam dan gelap, bahkan tidak disebut sedikitpun kemajuan peradaban yang telah dicapai oleh ummat islam kecuali islam hanya digambarkan sebagai agama yang identik dengan agama peperangan dan fitnah serta digambarkan bahwa para khalifah selepas Rasulullah wafat hanya mementingkan diri sendiri. Mereka mengatakan bahwa para Khalifah itu hidup di Timur dengan melakukan berbagai penindasan dan penganiayaan. Seolah-olah islam itu tidak pernah sama sekali mengalami kejayaan, sehingga sebagian ummat islam terpengaruh terhadap perkataan para misionaris. Itu semua sengaja di seting Misionaris dalam rangka melancarkan dan mempermudah dalam menyampaikan pesan-pesan yang mereka bawa, sebab dengan cara apapun bisa mereka tempuh untuk dapat menundukkan islam walaupun hal itu sangat bertentangan pada diri mereka.
Akhirnya banyak orang islam yang terpengaruh dan terjerumu dengan konspirasi ini sehingga jauh dari agama mereka dan sebagain kaum muslimin tunduk dan bertekuk lutut dihadapan kaum salibis tersebut.
Pada kenyataanya dan harus diakui bahwa pada saat ini ummat islam lemah, yang mestinya kita bisa menghalau mereka melalui ilmu-ilmu yang terdapat didialam islam walaupun dari segi fisik kita lemah, namun dari segi ilmu dan semanagat kita tidak boleh menyerah sedikitpun. Karena dakwah islam sangat diperlukan untuk melawan arus pergerakan kaum misionaris, atau paling tidak dapat menyeimbangi konspirasi mereka, bukan hanya dengan termenung berpangku tangan sambil meratapi kelemahan dan kekurangan yang selama ini kita alami.

Dakwah Islam
Dakwah dalam islam tentu harus sesuai dengan syari'at yang telah ditetapkan, sorang da'i yang mengajak kepada islam harus mengetahui hal itu, dan sudah menjadi hal yang maklum dikalangan para da'i bawasanya dakwah islam tentu jauh berbeda dari konsep konsep misionarime yang selalu memaksa dan mencari kesempatan dalam kesempitan, menjadikan orang-orang orang yang kesulitan sebagai ladang mereka dalam menyampaikan misi, membantu dengan dalih misi sosial namun berujung pada tercapainya tujuan dari misi mereka.
Cara kaum misionaris dalam menyampaikan misinya tentu tidak dibenarkan, namun islam memiliki konsep tersendiri tentang dakwah, terdapat dalam al-Quran al-Karim perintah dan metode dakwah yang sangat jelas, terdapat pada surat an-Nahl ayat 125 "Ajaklah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah (bijaksana) dan nasihat yang baik dan hendanya berbantah-bantahan dengan cara yang baik". Sementara didalam kitab yahudi dan Nasrani, tidak terdapat satupun ayat yang menjelaskan tentenag metode berdakwah, akan tetapi para misionaris menetapkan metode mereka sendiri yang dirancang melalui berbagai dan diskusi yang mereka selenggarakan.

Pergerakan misionaris
            Aktifitas misionaris sempat terhenti dan menjadi catatan buruk serta menjadi masa yang kelam bagi kaum misionaris ketika pada masa-masa daulah Utsmaniyah, sehingga menyebabkan banyak orang mulai melirik kepada islam, hal inilah yang menjadikan kaum Nasrani selalu menanamkan kebencian dan kedengkian dalam hati mereka terhadap islam. Awalnya mereka ingin menaklukkan islam dengan kekuatan, namun usaha mereka sia-sia, ini terbuti ketika perang Salib, yang pada akhirnya mereka terusir dari tanah suci Palestina.
            Perang Salib telah memberikan pelajaran baesar kepada kaum nasrani, sehingga mereka mengubah metode dan langkah mereka untuk menaklukkan islam, yaitu perang melalui pemikiran, Kaum muslimin digeser dari agamanya dengan cara-cara yang halus dan dalamai tanpa peperangan, bahkan sebagian ummat islam tidak sadar akan pergerakan tersebut. Ummat islam dinina bobokkan melalui ajaran-ajaran kaum misionaris, termasuk mereka menyamarkan makna jihad.
            Misionarisme adalah gerakan kristenisasi yang bertujuan memurtadkan ummat Islam atau paling tidak membuat ummat Islam asing dan aneh terhadap ajarannya sendiri.([1])



B.Sejarah Kedatangan Misionarisme di Dunia Islam.
            Proses masuknya misionaris Kristen adalah bersama tentara imperialis Eropa ke negara-negara timur, termasuk negara-negara Islam, untuk menyampaikan ajaran agama mereka. Aktivitas dan kinerja misionaris ini bisa disebut sebagai bantuan terhadap imperialis. Kini timbul pertanyaan, faktor apakah yang menyebabkan gerakan  misionaris ini bekerjasama dengan imperialisme di negara-negara Islam?
            Sebagian para pakar menyebutkan bahwa akar utama kerjasama antara gerakan misionaris dengan para imperialis ialah perang salib. Salah satu periode yang amat penting dalam sejarah hubungan dunia Islam dan Kristen adalah era Perang Salib. Perang Salib dimulai pada tahun 1095 Masehi atau 489 Hijriah dan berlangsung sampai selama hampir dua abad.  Jumlah perang yang terjadi selama masa itu tidaklah jelas, namun perang terbesar terjadi sepuluh kali dan di setiap perang terjadi banyak pertempuran. Di sepanjang Perang Salib, yang dimulai dengan serangan orang-orang Kristen ekstrim untuk menaklukkan Baitul Maqdis, ratusan ribu umat Islam telah terbunuh. Namun,  umat Islam berhasil mempertahankan Baitul Maqdis dan tentara salib terpaksa meninggalkan Suriah, Mesir, dan kawasan muslim lainnya.
            Banyak pendapat yang dikemukakan mengenai penyebab dan motivasi terjadinya Perang Salib ini.  Doktor John L. Esposito, dosen universitas George Town Amerika menulis: Sebagian besar masyarakat Barat mengakui adanya kenyataan tertentu yang berhubungan dengan Perang Salib, tetapi banyak di antara mereka yang tidak mengetahui bahwa  Perang Salib yang mengakibatkan korban yang amat besar ini adalah atas perintah Paus. Bagi umat Islam, kenangan atas Perang Salib merupakan satu contoh nyata dari militerisasi kristen ekstrim, sebuah kenangan yang membawa pesan bagi serangan dan imperialisme Kristen barat.
            Menurut para ahli sejarah, Perang Salib adalah hasil dari kebijakan para pemimpin gereja, pemerintah Eropa, serta misionaris yang menentang Islam. Sikap tamak dan kefakiran yang melanda masyarakat Barat membuat mereka berambisi merebut kekayaan umat Islam dan inilah salah satu alasan dimulainya Perang Salib. Alasan-alasan lainnya adalah keinginan mengekspansi wilayah Eropa,  timbulnya fanatisme terhadap agama, keinginan untuk menaklukkan Baitul Maqdis, serta membebaskan pemakaman suci di sana.
            Perang Salib pertama dimulai di bawah pimpinan Urbanus kedua. Dengan fatwa para pendeta kristen, pasukan besar Eropa, disertai tokoh-tokoh pemerintah Eropa dan pimpinan gereja bergerak menuju Baitul Maqdis yang berlokasi di tanah pendudukan Palestina. Di sepanjang kota-kota Islam yang mereka lalui, mereka membunuhi ratusan ribu manusia, lelaki, wanita, dan anak-anak. Sejarawan terkenal Perancis, Gustav Lubon mengenai Perang Salib menulis, “Di zaman terjadinya Perang Salib, peradaban timur berada dalam tahap kegemilangannya berkat Islam. Sebaliknya, Eropa tenggelam dalam kegelapan dan kezaliman. Ada sekelompok tentara salib yang ganas. Mereka membunuh dan merampok kawan maupun lawan,  kelompok sendiri maupun pasukan asing.”

            Perang Salib membawa kemajuan sosial bagi masyarakat Barat. Rakyat Eropa yang saat itu berperadaban rendah, mulai mengenal kecemerlangan peradaban umat Islam dan mereka mulai mempelajari ilmu dan peradaban dari rakyat muslim. Tetapi, seperti apa yang telah ditulis oleh sejarawan terkenal bernama Twin B, “Orang-orang Kristen mengambil manfaat dari kemajuan peradaban dan kesenian umat Islam tetapi permusuhan bersejarah fanatisme Kristen dengan Islam Timur tidak pernah berkurang.”
            C.Aktivitas Misionaris.
            Seorang tokoh misionaris yaang bernama berkata :” jika kaum muslimin di seluruh Jazirah Arabia bersatu, maka akan mengakibatkan gelombang dampak petaka dan bahaya besar bagi dunia, sebaliknya menjadi nikmat pula bagi mereka. Namun apabila mereka tetap berpecah-belah, maka kaum muslimin akan berada pada suatu kondisi yang lumpuh dan tidak terpengaruh.([2])
            Karenanya pendeta Calhum Symon menjelaskan, bahwa hakekat tujuan misionaris adalah mencerai-beraikan kaum muslimin. Ini dilakukan karena nasrani barat menganggap bahwa agama islam sebagai kendala bagi misi mereka. Rasa permusuhan dengan agama islam digambarkan oleh seorang orientalis terkemuka bangsa Jerman yang bernama Beiker dalam tulisannya ; “ sesungguhnya permusuhan yang terjadi diantara ummat Islam dan Nasrani, karena Islam dianggap sebagai penghambat utama bagi perkembangan agama Nasrani, dan perkembangan agama islam itu sendiri yang kokoh dihadapan kolonialis yang mudah diterima dan bersemi di negara-negara jajahannya”.([3])
            Untuk daerah yang penduduknya tergolong masyarakat kurang mampu, aktivitas misi dilakukan dengan siasat sentuhan perasaan yang dalam dengan santunan. Para Misionaris juga berdialog dan berhubungan langsung dengan penduduk pribumi dan masuk dalam kehidupan pribadi mereka, untuk menyelami rahasia kehidupan mereka, dan memanfaatkannya demi mencapai tujuan Misionarisme.
            Doktor Mustafa Khaledi dan Doktor A. Farukh, penulis buku “Misionaris dan Imperialisme” dengan menyebutkan berbagai contoh alasan-alasan pengiriman Misionaris ke berbagai negara muslim menyatakan bahwa tujuan para Misionaris itu bukanlah perbaikan kehidupan maknawi penduduk pribumi, melainkan merusak dan menjadikan kaum Muslimin berada di bawah kekuasaan mereka.
                Ketika Barat masuk ke negara-negara Islam ia membawa serta misi agama, politik, ekonomi dan kebudayaan. Namun tidak banyak yang melihat bahwa Barat itu sendiri telah membawa seperangkat doktrin pemikiran yang berdasarkan pandangan hidup mereka. Hal ini dapat dicermati dari fakta sejarah bahwa gerakan kolonialisme selalu disertai atau bahkan didahului oleh kegiatan misionaris Kristen yang berkaitan dengan orientalisme. Keduanya tidak lain dari serangan pemikiran. Kerja sama misionaris, orientalis dan kolonialis ini telah lama terjadi dan dapat dibuktikan melalui pengakuan Alb C. Kruyt (tokoh Nederlands bijbelgenootschap) dan OJH Graaf van Limburg Stirum, seperti yang dikutip oleh Dr. Aqib Suminto berikut ini:

“……kristenisasi merupakan faktor penting dalam proses penjajahan dan zending Kristen merupakan rekan se persekutuan bagi pemerintah kolonial, sehingga pemerintah akan membantu menghadapi setiap rintangan yang menghambat perluasan zending.([4])

            Peran Snough Hurgronye sebagai orientalis dalam memuluskan penjajahan Belanda di Indonesia merupakan bukti kongkrit kerja sama antara orientalisme, misionarisme dan kolonialisme Barat. Targetnya lagi-lagi berkaitan dengan pemikiran, yaitu untuk mengubah cara berfikir umat Islam. Program Kristenisasi yang saat ini menonjol adalah penghancuran pemikiran umat Islam. Strategi ini telah lama diikrarkan oleh Samuel Zwemmer seorang orientalis Yahudi yang menjabat direktur organisasi misionaris dan pendiri Jurnal the Muslim World. Pada tahun 1935 pada Konferensi Misionaris di Kota Yerussalem Zwemmer mengatakan bahwa:
            “Misi utama kita sebagai orang Kristen bukan menghancurkan kaum Muslimin, namun mengeluarkan seorang Muslim dari Islam, agar jadi orang Muslim yang tidak berakhlak. Dengan begitu akan membuka pintu bagi kemenangan imperialis di negeri-negeri Islam. Tujuan kalian adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam. Generasi Muslim yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi yang malas, dan hanya mengejar kepuasan hawa nafsunya.”
            Di dalam mata rantai kebudayaan Barat, gerakan misi punya dua tugas: menghancurkan peradaban lawan (baca: peradaban Islam) dan membina kembali dalam bentuk peradaban Barat. Ini perlu dilakukan agar Muslim dapat berdiri pada barisan budaya Barat akhirnya muncul generasi Muslim yang memusuhi agamanya sendiri.([5])
            Harry Dorman, dalam bukunya Towards Understanding Islam, mengungkapkan pernyataan seorang misonaris Kristen: “Boleh jadi, dalam beberapa tahun mendatang, sumbangan besar misionaris di wilayah-wilayah Muslim akan tidak begitu banyak memurtadkan orang muslim, melainkan lebih banyak menyelewengkan Islam itu sendiri. Inilah bidang tugas yang tidak bisa diabaikan.” Dr. Cragg, seorang misionaris terkenal asal Inggris, menyatakan:“Tidak perlu diragukan bahwa harapan terakhir misi Kristen hanyalah melakukan perubahan sikap umat Muslim, sedemikian rupa sehingga mereka mau bertoleransi.
            Apa yang disampaikan Zwemmer 70 tahun yang lalu itulah kini yang diterapkan Barat untuk strategi perang pemikiran terhadap umat Islam. Oleh sebab itu gerakan Kristenisasi berkembang dari konversi kepada gerakan distorsi dan perang pemikiran.
D. Metode-metode dalam Misionarisme/Kristenisasi.

            Misionarisasi/kristenisasi bukanlah sebuah misi serampangan yang tidak terkoordinir dan terorganisir, tapi ia lebih merupakan misi yang tersistem dan berada dibawah pengawasan pihak gereja dan negara-negara Eropa yang punya misi khusus terhadap negeri Islam. Diantara metode yang dipakai adalah:

A. Institusi-institusi Pendidikan

            Mereka mendirikan sekolah-sekolah di negara-negara Islam guna membuka kesempatan bagi anak-anak muslim untuk bisa sekolah disana, ini siasat mereka guna meragu-ragukan keyakinan dan keimanan generasi anak muslim terhadap Islam.
Pihak misionaris telah untung besar dan mereka sangat menyadari arti pentingnya keberadaan sekolah-sekolah ini guna memuluskan aksi mereka. Sehingga Zweimmer mengatakan: (institusi-institusi pendidikan merupakan pagar pembatas pergesekan langsung antara Islam dan Kristen) .

            Seorang misionaris wanita Anna Millighan berkata: (Kami telah mampu mengumpulkan di Akademi Khusus Wanita di Kairo sejumlah anak bangsawan dan orang-orang berpangkat, rasanya tidak pernah ditemukan di tempat lain sejumlah besar wanita muslimah berada di bawah penguasaan Kristen dan pada gilirannya tidak ada media yang lebih efektif dan ampuh dalam penghancuran benteng Islam dibanding dengan fasilitas institusi-institusi pendidikan ini) . Dante (misionaris) berujar: "Pendidikan adalah media krusial untuk mengokohkan pemahaman tentang teologi ketuhanan dan praktik ibadah Kristen terhadap para peserta didik” .

B. Kegiatan-Kegiatan Sosial

            Program ini dilancarkan dengan mendirikan penampungan dan rumah-rumah singgah bagi orang jompo, anak-anak yatim, gelandangan dan orang hilang, mendirikan asrama mahasiswa-mahasiswi, mengunjungi mereka yang terbaring di rumah sakit, yang mendekam dalam penjara serta memberikan hadiah cuma-cuma dan pelayanan-pelayanan pada mereka yang membutuhkan .

C. Beasiswa Pendidikan

            Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada para mahasiswa ataupun sarjana muslim yang berprestasi untuk mengenyam kuliah di luar negeri (Barat) sehingga pemikiran mereka terpengaruh dan kembali ke tanah air dengan wajah dan karakter baru serta membawa spirit dan kultur Barat.

D. Pelayanan Medis dan Kesehatan

            Program ini terwujud dengan pembangunan rumah sakit dan klinik-klinik kesehatan, mengutus para relawan dan perawat ke daerah-daerah terpencil guna perbaikan gizi masyarakat setempat. Media ini sangat berpengaruh buruk terhadap masyarakat miskin di daerah terpencil tersebut. Morison berkata: "Kita sangat setuju bahwa tujuan utama dari program-program kristenisasi dalam bentuk kunjungan orang-orang yang sakit terbaring di rumah sakit adalah memahamkan mereka bahwa masih ada Yesus Sang Penyelamat dan menjadikan mereka anggota-anggota baru gereja" . Perkataan Paul Horisson: "Kita telah menemukan cara untuk menjadikan pria-pria Arab dan wanitanya menjadi pemeluk agama kristen" .

E. Penyelenggaraan ceramah umum, seminar, percetakan buku, penerbitan majalah, koran dan selebaran secara periodik guna membeberkan ide-ide busuk mereka.

            Para misionaris sengaja menebarkan buku dan majalah mereka di dua kota yaitu Kairo dan Beirut. Ibukota Mesir, Kairo dijadikan oleh Protestan sebagai pusat penebaran brosur-brosur yang berisi kampanye kristen di Mesir dan dunia Islam, mereka juga mendirikan penerbit Amerika di kota Beirut yang akhirnya menjadi media paling penting kristenisasi di Timur. Sementara para pendeta dan pastur memusatkan seluruh kegiatan jurnalistik mereka di penerbit Katolik di Beirut semenjak tahun 1887. Dan upaya mereka berjalan sangat efektif .

F. Melakukan diskusi dan evaluasi terhadap keberhasilan program-program kristenisasi dengan menyelenggarakan kongres-kongres para misonaris secara periodik baik berskala nasional maupun Internasional.

G. Mengasuh lembaga-lembaga swadaya masyarakat, organisasi dan partai politik yang nyata-nyata menyimpang dari prinsip Islam.
Tokoh-tokoh kristen telah mencetak rekor karena afiliasi mereka pada partai-partai dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat Arab guna memuluskan aksi mereka dalam proyek penjauhan umat Islam dari agamanya. Diantara tokoh-tokoh Barat itu: Michael Aflaq anggota Partai Ba’ats Sosialis Arab, George Habsy pada partai nasionalis Arab dan Front Kebangsaan untuk Kemerdekaan Palestina, Neif pada Partai Demokrasi Kebangsaan, Anthon Pemimpin Partai Nasional Suriah. Tokoh-tokoh kristen punyan peranan yang sangat penting sekali dalam membakar semangat Nasionalisme Arab.

E.Siasat Umum Misionaris.
           
            Semua jalan ditempuh misionaris dengan konsisten serta pemikiran yang matang, bahwa mereka akan berhasil mencapai sasaran. Siasat misinya merayap pada kesatuan bahasa di Mesir serta lembaga-lembaga pendidikan seperti di Damaskus dan Bagdad dengan jaminan anggaran yang dipenuhi oleh negara-negara barat, dalam rangka penanaman benih pendidikan barat pada jiwa-jiwa muslimin.Di bidang tersebut, mereka mencapai hasil yang gemilang sebagai yang ditargetkan. Suatu kenyataan yang dapat kita saksikan, berlomba-lombanya putra-putra pembesar muslim yang menuntut ilmu di negara-negara barat seakan-akan mereka luas dalam wawasan berpikir dengan pandangan pengetahuan yang dalam.
Bidang-bidang garapannya sebagai berikut :
1.      Pembinaan bidang ilmiah yang meliputi ; lembaga pengembangan bahasa di mesir dan lembaga pengembangan ilmu pengetahuan di Damaskus
2.      Tujuan mereka sebagai tenaga ahli yang diperbantukan
3.      Mereka menerbitkan buku hasil dari karangan mereka sendiri
4.      Mereka membina murid-murid pilihan
5.      Misionaris memperoleh dana dari bantuan-bantuan dari perusahaan, pemuka agama negara Eeropa dan milyarder Amerika.([6])

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Misionarisme dalam pandangan umat islam dengan pemahaman orang-orang Barat adalah hal yang tidak dibenarkan. Ketika kaum muslimin mempelajari bentuk-bentuk, perantara-perantar dan faktor-faktro pendorong timbulnya misionarisme, tiada lain dilakukan sebagai bentuk kewaspadaan kepada kaum muslimin akan tipu daya kaum misionaris.
Inilah pandangan khusus kita mengenai gerakan misionarisme yang sekilas hampir sama dengan dengan pandangan orang Nasrani mengenai pola dakwah Islam, padahal keduanya jelas-jelas berbeda dari sisi bahasa dan juaga budayanya. Islam tidak mengenal istilah pengislaman sebagaimana dalam agama Kristen dikenal dengan bebagai istilah antara lain; Kristenisasi, Misionarisme, Pembaptisan.
Sesungguhnya islam tidak rela dan tidak mengakui cara-cara tidak terpuji, seperti adanya pemaksaan dalam hal beragama, juga mengambil kesempatan dibalik kesusahan orang lain, dengan dalih misi sosial, walaupun tujuannya bisa dibenarkan akan tetapi yang kita tolak adalah cara-cara pemaksaan yang dilakukan untuk mencapai tujuannya.
Ada banyak hal yang dirusak oleh kaum misionaris, mulai dari penghilangan sejarah yang telah diukir oleh ummat islam dahulu, orang-orang misionaris telah mencoreng lembaran-lembaran putih yang dihasilkan oleh islam dengan warna-warna kelam dan gelap, bahkan tidak disebut sedikitpun kemajuan peradaban yang telah dicapai oleh ummat islam kecuali islam hanya digambarkan sebagai agama yang identik dengan agama peperangan dan fitnah.
            Siasat umum misionaris mencakup beberapa bidang yaitu :
1.      Pembinaan bidang ilmiah yang meliputi ; lembaga pengembangan bahasa di mesir dan lembaga pengembangan ilmu pengetahuan di Damaskus
2.      Tujuan mereka sebagai tenaga ahli yang diperbantukan
3.      Mereka menerbitkan buku hasil dari karangan mereka sendiri
4.      Mereka membina murid-murid pilihan
5.      Misionaris memperoleh dana dari bantuan-bantuan dari perusahaan, pemuka agama negara Eeropa dan milyarder Amerika
            Metode-metode dalam Misionarisme/Kristenisasi misalnya ; Institusi-institusi Pendidikan, Kegiatan-Kegiatan Sosial, Beasiswa pendidikan, Pelayanan medis dan kesehatan dan lain sebagainya.
  B.     Saran
Dalam pembuatan makalah ini referensi yang digunakan masih sedikit dan  apabila akan menggunakan referensi yang lebih banyak lagi itu akan lebih baik. Waktu yang diberikan tergolong singkat untuk pembuatan sebuah makalah sehingga untuk pembuatan makalah selanjutnya disarankan untuk menggunakan referensi dan waktu yang lebih banyak. Kemudian kesulitan dalam mencari sumber rujukan juga sangat dirasakan dalam penulisan makalah ini.







DAFTAR PUSTAKA

Daud Rosyid, Melawan Sekularisme,usamah press,(2009)

Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, LP3ES, (1985)

Ali Gharisah, Wajah Dunia Islam Kontemporer, Pustaka Al Kautsar, (1989)

Ibrahim Khalil Ahmad, Siasat Misi Kristen dan Orientalis.


















[1] .)Daud Rosyid, Melawan Sekularisme,hal.31-36
[2] .)Al-Islam Wal Irsyaliyah, halaman 44, 48
[3] .)Attabsyir Wal Isti’mar, halaman 117
[4] .) Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, LP3ES, 1985, hal. 26.
[5] .) Ali Gharisah, Wajah Dunia Islam Kontemporer, Pustaka Al Kautsar, 1989, hal. 41
[6] .)Ibrahim Khalil Ahmad, Siasat Misi Kristen dan Orientalis. Hal:101.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar